Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Melihat Pembuatan Kain Tenun Siak Sambil Belajar Sejarahnya

image-gnews
Seorang penenun sedang memintal benang di Rumah Tenun Kampung Bandar, Pekanbaru, Riau, Juni 2017. Tempo/Francisca Christy Rosana
Seorang penenun sedang memintal benang di Rumah Tenun Kampung Bandar, Pekanbaru, Riau, Juni 2017. Tempo/Francisca Christy Rosana
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Di tangan Wawa Endi, penenun di Rumah Tenun Kampung Bandar, Pekanbaru, Riau, alat tenun bukan mesin sepanjang 160 sentimeter itu bergemeretak dari pagi sampai sore. Dari rutinitas itulah lahir kain tenun Siak yang kondang.

Rot penggulung benang dan kain, yang letaknya berseberangan, berputar ganti-gantian. Rot itu berfungsi merentangkan benang-benang sepanjang 2 meter. Bunyinya seperti beras yang diayak.  Suaranya itu memenuhi rumah panggung, yang berdiri menyempil di belakang Pelabuhan Bunga Tanjung, pelabuhan rakyat yang menghubungkan Kota Pekanbaru dengan Selat Panjang.

Jari Wawa menyusupkan benang di atas lembaran kain tenun. Ia sedang membentuk beragam motif bunga cengkeh. Motif cengkeh adalah simbol kekayaan masyarakat Melayu. Motif itu terbikin dari benang emas yang diimpor dari Cina. Warna emas berperan memperkuat kesan cerah pada selembar kain tenun Siak. Maklum, tenun kebesaran orang-orang Melayu ini memiliki ciri warna-warna berani.

Dulunya, tenun Siak hanya terdiri atas warna hijau, kuning, dan merah. Namun dalam perkembangannya beragam inovasi muncul. Penenun mendobrak aturan. Warna tenun Siak tak lagi seragam, tapi beragam, semisal ungu, biru, dan rona-rona cerah lain.

Selembar kain tenun terdiri atas 3.486 helai benang. Waktu pengerjaannya sampai seminggu. “Ini sudah hari ketiga,” kata Wawa saat ditemui beberapa waktu lalu di Rumah Tenun Kampung Bandar, Pekanbaru, Riau.

Kain yang sedang digarap Wawa adalah pesanan seorang taipan sekaligus pejabat kelas teras di Pekanbaru. Coraknya kaya akan bunga cengkeh dan kalong. Kalong memiliki filosofi sifat berwibawa dan bertanggung jawab. Artinya, representasi seorang pemimpin atau raja.

Seturut dengan budayanya, kain tenun Siak merupakan simbol prestisius bagi si pemakai. Kain ini mulanya hanya dipakai di lingkungan kerajaan Siak Sri Indrapura. Kerajaan itu berlokasi di tepi Sungai Siak, 102 kilometer dari Kota Pekanbaru.

Penggunanya pun orang-orang kalangan bangsawan atau keturunan darah biru. Tak ayal, dari segi motif, tenun Siak mengangkat corak-corak yang mengandung nilai-nilai sakral, loyalitas, dan pengabdian, yang merupakan representasi seorang pemimpin.

Tenun pesanan taipan ini tak cuma digarap satu tangan. Di rumah pembuatan tenun tradisional khas Melayu yang diperkirakan dibangun pada 1887 itu, Wawa dibantu 18 perempuan lain. Mereka terorganisasi dalam komunitas perempuan penenun Kampung Bandar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mereka, yang umumnya merupakan keturunan orang-orang Siak, menganggap kegiatan menenun adalah aktivitas warisan para perempuan kerajaan.

Tenun berkembang di Kerajaan Siak Sri Indrapura saat Tengku Said Ali, yang bergelar Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Baalawi, bertakhta. Kain tenun ini dikenalkan seorang perajin dari Kerajaan Trengganu, Malaysia.

Pada masa itu, hubungan kenegaraan kesultanan antara Siak dan negeri-negeri Melayu di semenanjung sangat erat. Karena itu, terjadi akulturasi seni dan budaya yang melahirkan beragam produk kultural. Salah satunya tenun. Kain itu dibuat perempuan-perempuan keturunan kerajaan untuk dipakai kalangan bangsawan.

Dari waktu ke waktu, aturan menenun buat perempuan berdarah bangsawan berhasil menembus tembok-tembok kerajaan. Ilmu menenun akhirnya merambah ke masyarakat awam. Perempuan dari keluarga biasa diajari menyungkit kain warisan kerajaan.

Pelan-pelan, budaya menenun untuk penduduk Siak bukan cuma milik istana. Produk tenun Siak juga tak cuma dipakai kaum bangsawan untuk rangkaian upacara atau seremoni tertentu. Seperti batik, tenun Siak meluas fungsinya menjadi kain yang digunakan untuk beragam acara. Penduduk biasa pun mulai membuka bisnis tenun di sepanjang Sungai Siak.

Budaya menenun kain merembet sampai Pekanbaru. “Bahkan sekarang membuka usaha tenun Siak di Pekanbaru lebih menguntungkan karena sasarannya pasti,” tutur Wawa.

Meski berinovasi, tak ada yang berubah dari nilai selembar tenun. Apalagi perihal motif. Penenun tetap mempertahankan corak sesuai dengan awal kemunculannya. Sterilisasi flora, fauna, dan alam sekitar terjaga utuh di lembaran kain berharga mulai Rp 300-an ribu hingga Rp 1,6 juta itu.

Artikel lain: Danau Sunter dan 5 Danau Buatan Lain Favorit Pelancong

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Rumah Rajut dan Tenun jadi Daya Tarik Turis Mancanegara di Pulau Ngenang Batam

16 Desember 2023

Suasana Rumah Rajut di Pulau Ngenang Kota Batam, Kamis, 14 Desember 2023. (TEMPO/Yogi Eka Sahputra)
Rumah Rajut dan Tenun jadi Daya Tarik Turis Mancanegara di Pulau Ngenang Batam

Pulau Ngenang di Batam yang menjadi tempat tinggal suku Melayu kini menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara.


Tim Pengabdian Masyarakat FIB UI Cerita Bangkitkan Tenun Khas Tidore yang Punah

10 November 2023

Model membawakan koleksi desainer Didi Budiardjo menampilkan Tenun Tidore dalam pagelaran mode Jalinan Lungsi Pakan saat pembukaan Jakarta Fashion and Food Festival 2019, Jakarta, Kamis, 15 Agustus 2019. TEMPO/Nurdiansah
Tim Pengabdian Masyarakat FIB UI Cerita Bangkitkan Tenun Khas Tidore yang Punah

Tim Pengabdian Masyarakat FIB UI menyampaikan pengalaman mereka dalam membangkitkan eksistensi tenun khas Kesultanan Tidore yang sudah punah.


Produk Tenun Desa Wedani Gresik Berhasil Tembus Pasar Afrika

14 September 2023

Kain tenun produksi UMKM di Desa Wedani, Gresik yang sudah diekspor hingga Ethiopia dipamerkan di Balai Desa Wedani pada Rabu, 13 September 2023. TEMPO/Ami
Produk Tenun Desa Wedani Gresik Berhasil Tembus Pasar Afrika

Desa Wedani di Kecamatan Cerme, Gresik menjadi sentra produksi kain tenun di Jawa Timur.


Keunikan Songket Pandai Sikek dari Sumatera Barat yang Membuatnya Berharga Mahal

30 Juni 2023

Proses pembuatan songket Pandai Sikek mengunakan alat semi otomatis yang diberi nama panta. TEMPO/Fachri Hamzah
Keunikan Songket Pandai Sikek dari Sumatera Barat yang Membuatnya Berharga Mahal

Songket Pandai Sikek memiliki harga terbilang cukup tinggi dibandingkan jenis lainnya.


Terkendala Sinyal, Ekonomi Digital Bisa Gagal

30 Juni 2023

Pembeli melakukan transaksi pembayaran secara digital di toko kain tenun, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, 22 Mei 2021. Produk songke dipajang juga di etalase virtual. Lokapasar menjadi jalan mengenalkan hasil tenunan para mama kepada para pembeli di tempat yang lebih jauh dan lebih luas hingga ke mancanegara. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Terkendala Sinyal, Ekonomi Digital Bisa Gagal

Pelaku usaha UMKM di luar Jawa masih terkendala urusan sinyal jaringan internet untuk memasarkan produknya di lokapasar


Tak Berhenti di Selembar Kain Tenun

30 Juni 2023

Pekerja lansia menyelesaikan pembuatan sarung tenun di Pabrik Sarung Botol Terbang, Magelang, Jawa Tengah, Kamis, 15 Juni 2023. Meski masih menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM), namun produknya mampu diekspor hingga ke Turki dan Arab.  TEMPO/Arimbihp
Tak Berhenti di Selembar Kain Tenun

Sejumlah pelaku usaha kain tenun mengembangkan produk turunan untuk menambah penghasilan


Mengembangkan Bisnis Tenun Mempawah Sampai ke Negeri Jiran

30 Juni 2023

Pengrajin tenun Mempawah sedang mengerjakan pembuatan kain songket khas Kalimantan Barat.Dokumentasi: Pribadi.
Mengembangkan Bisnis Tenun Mempawah Sampai ke Negeri Jiran

Pelaku usaha tenun Mempawah leluasa membuat motif khas yang tidak monoton


Didiet Maulana Ungkap Asal Kain Tenun Busana Mutia Ayu dan Gewa di Konser Glenn Fredly

25 Juni 2023

Mutia Ayu dan Gewa tampil dalam konser Glenn Fredly: 25 Years of Music. Instagram/didietmaulana
Didiet Maulana Ungkap Asal Kain Tenun Busana Mutia Ayu dan Gewa di Konser Glenn Fredly

Mutia Ayu dan Gewa terlihat serasi dalam balutan dress yang terbuat dari kain tenu Taninmbar


Menelusuri Cerita dan Motif Songket Canduang Minangkabau yang Bersejarah di Taman Budaya Sumbar

9 Juni 2023

Kain songket hasil revitalisasi Nanda Wirawan yang dipamerkan. TEMPO/Fachri Hamzah
Menelusuri Cerita dan Motif Songket Canduang Minangkabau yang Bersejarah di Taman Budaya Sumbar

Dalam pameran itu ditampilkan juga kain songket Canduang yang sudah berumur 150 tahun.


Tips Mencuci Kain Tenun agar Tak Mudah Pudar

30 Mei 2023

Ilustrasi kain tenun Lombok. Shutterstock
Tips Mencuci Kain Tenun agar Tak Mudah Pudar

Tidak sedikit pemilik yang belum memahami cara merawat kain tenun, terutama mencucinya. Berikut tips dari desainer.