Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Situs Tarik dan 3 Situs Purbakala Lain untuk Wisata Minat Khusus

Reporter

image-gnews
Warga melintas di situs purba di Liyangan, Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, 25 November 2014.  TEMPO/Suryo Wibowo.
Warga melintas di situs purba di Liyangan, Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, 25 November 2014. TEMPO/Suryo Wibowo.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah situs purbakala ditemukan di Desa Kedung Bocok, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Februari 2018.  Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur memastikan bangunan berbentuk dinding bata di Situs Tarik itu merupakan sisa-sisa peradaban Majapahit.

Kepala Seksi Perlindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Cagar Budaya BPCB Jawa Timur Widodo, Rabu, 7 Februari 2018, mengatakan temuan Situs Tarik tersebut memberi kesimpulan bahwa di lokasi tersebut pernah ada peradaban manusia.

Temuan situs Tarik tersebut kian memperpanjang daftar temuan situs serupa pada waktu-waktu sebelumnya. Berikut beberapa diantaranya yang juga kerap menarik perhatian wisatawan minat khusus.

  1. Situs Liyangan - TemanggungPekerja menggali tanah di petak ekskavasi situs Liyangan, kecamatan Ngadirejo, kabupaten Temanggung, Jateng, 25 November 2014. Berdasarkan data Arkeologis, situs seluas 6-7 hektar ini merupakan peninggalan dari jaman kerajaan Mataram Hindu pada abad 6-10. TEMPO/Suryo Wibowo

Pada 2013 peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan situs bersejarah di lereng Gunung Sindoro Temanggung, yang dikenal dengan Situs Liyangan. Mereka menemukan sebuah jalan yang menembus permukiman kuno zaman Mataram Kuno yang diperkirakan dibangun Abad 9 Masehi.

“Kami baru saja menemukan jalan kuno yang diperkirakan dibangun di antara permukiman rumah penduduk,” kata Putri Novita Taniardi, staf peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta, di sela-sela pameran benda purbakala di Auditorium Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jumat, 25 Oktober 2013.

Saat ini, kata dia, jalan tersebut sedang diekskavasi. Temuan tersebut membuktikan bahwa manusia zaman dulu sudah paham dengan tata ruang pemukiman. Sebelumnya, tim juga menemukan bulir padi yang diduga merupakan padi asli Jawa. Padi yang telah menjadi arang tersebut juga ikut dipamerkan di Auditorium Unsoed.

Pada 2016 Tim ekskavasi Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan tulang hewan di Situs Liyangan. Ketua tim ekskavasi Situs Liyangan, Sugeng Riyanto,  mengatakan, lokasi penemuan tulang tersebut berada di atas jalan batu yang di dalamnya terdapat susunan tanah berteras kuno.

Ia menuturkan dalam ekskavasi sebelumnya, pihaknya juga pernah menemukan tulang sejenis. Setelah diteliti, ternyata tulang dari kerbau yang terpendam material vulkanik akibat letusan Gunung Sindoro sejak ratusan bahkan ribuan tahun silam.

Ia menyebutkan sebelum diketemukan tulang hewan di Situs Liyangan, tim peneliti juga pernah menemukan tulang fragmen manusia.

"Kami menduga tulang tersebut berasal dari lapisan tanah organik bekas kuburan sekunder di masa lampau, bukan terkubur material vulkanis akibat letusan gunung," katanya.

Sugeng memprediksi situs Liyangan sudah ada sejak zaman Mataram Kuno, sekitar abad 6- 10 Masehi. Ekskavasi lanjutan di Situs Liyangan berakhir pada 23 April 2016.

  1. Situs Semedo – TegalRibuan Fosil Situs Semedo Didata

Situs Semedo, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, merupakan situs manusia purba diketahui ketika Dakri, Duman, Sunari, dan Ansori, penduduk setempat, menemukan himpunan fosil-fosil vertebrata pada bulan Juni 2005. Temuan itu kemudian dilaporkan ke Balai Penelitian Situs Manusia Purba Sangiran.

Kepingan tengkorak manusia purba juga ditemukan di Situs Semedo. Temuan ini mengungkap fakta bahwa penyebaran Homo erectus tidak hanya di Jawa Tengah bagian timur dan Jawa Timur, tetapi juga di daerah belahan barat-utara Jawa Tengah.

Setelah lebih dari setengah tahun meneliti, tim ahli dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran menyimpulkan bahwa fosil tersebut berusia sekitar 700 ribu tahun lalu pada kala pleistosen tengah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada 2016 Balai Arkeologi Yogyakarta kembali meneliti situs Semedo. Penelitian itu selain menggali data baru mengenai manusia, hewan, maupun artefak purba, juga untuk menentukan luasannya.

Menurut Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto,  pengambilan data mengenai fosil manusia purba dan artefak sudah dilakukan.

Siswanto menuturkan temuan situs yang berada di tengah hutan itu sangat penting, karenanya Balai Arkeologi Yogyakarta akan membentuk tim pelestari. "Guna menjaga keamanan situs tersebut dari orang-orang yang tak bertanggungjawab. Sekaligus juga membangun sebuah museum di sekitarnya," katanya. "Museum situs purba Semedo saat ini masih dalam proses."

  1. Situs Patiayam - KudusFosil gading gajah purba (Stegodon trigono chepalus), yang ditemukan di Situs Patiayam, Kabupaten Kudus, Jateng. TEMPO/Budi Purwanto

Situs Patiayam sudah sejak 1931 diteliti. Situs Patiayam masuk peta Paleoantropologi Indonesia setelah Sangiran, Trinil, Ngandong, Ngawi, dan Perning.

Situs ini juga telah terdaftar sebagai salah satu warisan dunia versi Badan Pendidikan, Keilmuan, dan Budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNESCO. Peneliti pertama yang masuk ke Patiayam adalah Van Es (1931). Pada waktu itu, ia menemukan sembilan fosil vertebrata. 

Penggalian yang dilakukan Balai Arkeologi Yogyakarta berhasil mengumpulkan sekitar 3.000 fosil dan fragmen atau serpihan.  Salah satunya adalah fosil gading gajah purba sepanjang 3,7 meter, fosil kerang, kepala kerbau, rahang kudanil, dan rahang gajah.

Fosil gading tersebut diperkirakan milik  Stegodon trigonochepalus yang hidup 2.000 tahun sebelum Masehi. “Gading Stegodon ini yang paling besar di antara situs purbakala lain yang ada di Indonesia,” ujar penjaga museum Patiayam, Siti Asmah Rakijan.

Saat ini dua gading itu terpajang bersama dua kerangka geraham serta kerangka betis Stegodon di pintu masuk museum

Saat ini ada Museum Patiayam  yang dibangun di Desa Terban—sekitar 12 kilometer dari Kota Kudus. Di sana tersimpan sejumlah benda bersejarah, seperti temuan satu gigi geraham bawah dan tujuh pecahan tengkorak manusia.

Bagian rangka manusia purba Homo erectus ini ditemukan pada 1979 oleh Dr Yahdi Yain, yang berasal dari Program Studi Geologi, Institut Teknologi Bandung.

Homo erectus di Situs Patiayam hidup pada masa Plisteson-Pleistosen. Pada masa itu, hidup juga gajah jenis Stegodon.

BANDELAN AMARUDDIN | FARAH FUADONA | ANTARA

 Artikel lain: Pulau Kelor Labuan Bajo, Tak Sekadar untuk Persinggahan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ada Koin Emas Kuno Asal Cina di Situs Tarik, Pertanda Apa?

17 Februari 2018

Tampak bangunan dari tumpukan batu bata kuno diduga pagar atau dinding yang ditemukan di areal sawah Desa Kedung Bocok, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, 12 Februari 2018. TEMPO/Ishomuddin
Ada Koin Emas Kuno Asal Cina di Situs Tarik, Pertanda Apa?

Warga menemukan berbagai benda purbakala di Situs Tarik, Desa Kedungbocok, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo.


Ini Bukti Situs Tarik di Sidoarjo Cikal-Bakal Kerajaan Majapahit

17 Februari 2018

Tampak bangunan dari tumpukan batu bata kuno diduga pagar atau dinding yang ditemukan di areal sawah Desa Kedung Bocok, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, 12 Februari 2018. TEMPO/Ishomuddin
Ini Bukti Situs Tarik di Sidoarjo Cikal-Bakal Kerajaan Majapahit

Temuan di Situs Tarik tak hanya bangunan bata, tapi juga benda cagar budaya, fosil kayu, dan fosil hewan.