TEMPO.CO, Pekanbaru - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau mendeteksi kemunculan dua ekor harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir. Mereka terlihat di kawasan perkebunan.
"Dari observasi kami, ada dua harimau Sumatera yang kerap muncul di lokasi itu. Dua-duanya harimau betina," kata Kepala Bidang Wilayah I BBKSDA Riau Mulyo Hutomo di Pekanbaru, Minggu, 11 Februari 2018.
Dua ekor harimau Sumatera itu diperkirakan berusia 4-5 tahun. Tim BBKSDA Riau telah melakukan observasi selama 37 hari di Indragiri Hilir.
"Untuk mempermudah identifikasi, kami beri nama keduanya dengan Boni dan Bonita,” ucap Mulyo.
Observasi sekaligus penyelamatan harimau-harimau itu dilakukan setelah terjadi insiden tewasnya warga Indragiri Hilir, Jumiati, 33 tahun, pada awal Januari 2018 akibat diterkam harimau. “Diduga kuat, Bonita yang telah menyerang Jumiati.”
Jumiati adalah karyawan lepas PT THIP. Dia tewas dengan kondisi mengenaskan saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State.
Selama 37 hari proses pencarian, menurut Mulyo, tim dan masyarakat telah beberapa kali melihat langsung harimau tersebut. Namun proses penangkapan serta merta tidak dapat dilakukan.
Hingga kini, tim masih mengandalkan enam box trap atau kerangkeng dengan umpan kambing untuk menangkap harimau tersebut. Setiap kerangkeng disertai satu kamera pengintai. Namun sayang, hingga kini, upaya itu belum berhasil.
Keberadaan harimau Sumatera juga beberapa kali terekam kamera, baik kamera pengintai maupun kamera tim penyelamat. Saat ini, tim masih terus berada di lapangan untuk menyelamatkan si raja rimba. BBKSDA Riau berencana merelokasi mereka dari lokasi tersebut.
ANTARA
Artikel lain: Susi Pudjiastuti: Jadikan Pasar Ikan Modern Ajang Kuliner yang Nyaman