TEMPO.CO, Boyolali - Mendaki gunung adalah salah satu alternatif untuk mengisi libur akhir tahun dengan biaya murah. Namun, olahraga ekstrim ini menuntut banyak persiapan, mulai dari mental, fisik, perbekalan, pengalaman, serta komitmen mematuhi semua peraturan demi keselamatan.
Tersesat adalah salah satu risiko yang menghadang pendaki pemula jika melanggar aturan yang berlaku di tiap gunung. Di Merapi, misalnya, pendaki dilarang merambah puncak karena rawan kecelakaan. Pendaki juga berisiko tersesat karena tak ada jalur resmi antara kawasan Pasar Bubrah hingga Puncak.
Lantas apa yang musti dilakukan jika terlanjur tersesat? Sedikitnya ada lima pelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman Sucipto, 35 tahun, salah satu dari dua pendaki yang tersesat di kawasan puncak Gunung Merapi selama dua hari, belum lama ini. Kedua pendaki tersebut berhasil diselamatkan oleh tim SAR gabungan pada Kamis lalu, 14/12.
1. Tidak panik
Menurut Sucipto, panik adalah pembunuh utama bagi mereka yang tersesat di alam liar. Setelah menyadari tersesat, luangkan waktu untuk duduk sejenak menenangkan pikiran. “Harus optimistis bisa selamat dan yakin bahwa Tuhan akan mengirimkan pertolongan,” kata warga Desa Rempoah, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, itu.
2. Bawa dan manfatakan Powerbank
Dengan membawa dua powerbank, telepon seluler Sucipto dapat bertahan aktif selama dua hari untuk berkomunikasi dengan tim SAR. “Pertama saya telepon nomor Telkom 108 untuk minta nomor telepon kantor kepolisian dan SAR terdekat. Saya terus bergerak untuk mencari sinyal,” kata Sucipto yang baru setahun menekuni hobi sebagai pendaki.
3. Cari Tempat Terbuka
Berusaha mengingat jalan yang telah dilalui selama tersesat untuk kembali naik ke kawasan puncak yang terbuka agar mudah terlihat tim SAR. Cari tempat yang mudah dikenali seperti batu besar untuk memberitahukan posisi kita kepada tim SAR.
“Kalau cuaca cerah, matahari bisa jadi petunjuk arah, kira-kira anda berada di sebelah mana dari puncak,” kata Sucipto yang bekerja sebagai pengelola sebuah homestay di Jogja.
4. Manfaatkan Bekal
Selain powerbank, lampu senter dan jas hujan yang berwarna mencolok juga dapat digunakan sebagai piranti untuk memberikan tanda kepada tim SAR yang sedang dalam proses mencari. “Jas hujan berwarna hijau terang itu saya kibar-kibarkan. Saat malam, jas hujan itu saya sorot dengan lampu senter sambil berteriak minta tolong,” kata Sucipto.
5. Hemat Air
Manusia dapat bertahan hidup tanpa makan selama sepekan atau lebih. Tapi tidak demikian dengan kebutuhan air minum. Selama menunggu datangnya pertolongan, Sucipto mencari air sisa hujan yang tertampung dari cekungan-cekungan batu.
“Meski menambah berat beban, jangan sepelekan bekal air minum. Saya kemarin naik cuma bawa satu botol air mineral ukuran 1,5 liter. Satu botol lagi saya tinggal di sepeda motor,” kata Sucipto menyesali keteledorannya.
Berita lain:
5 Alasan Enaknya Berkeliling Eropa dengan Kerata Api
Cuaca Ekstrim Libur Akhir Tahun Tak Perlu Batal, Ini Tipnya
Libur Akhir Tahun, Catat Daftar Soto Enak di Nusantara Ini