TEMPO.CO, Boyolali -Meski termasuk gunung yang populer sebagai destinasi wisata saat libur akhir tahun, ada larangan yang perlu diperhatikan para pendaki di Gunung Merapi. Setelah terjadi erupsi pada 2010, Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) melarang pendaki merambah ke puncak Merapi.
“Sebab, di puncak masih banyak material vulkanik yang mudah longsor karena struktur tanah yang labil,” kata Kepala Resor Selo BTNGM, Suwiknya, Jumat, 15 Desember 2017. Larangan mendaki sampai ke puncak Merapi semakin diperketat setelah insiden jatuhnya Erri Yunanto, pendaki asal DIY, ke dalam kawah pada Mei 2015.
Baca juga: Ingin Mendaki? Kenali Karakter 10 Gunung di Pulau Jawa Ini
Kepala Seksi Operasi Kantor SAR Semarang, Agung Hari Prabowo, mengimbau pendaki yang hendak mengisi libur akhir tahun di Merapi agar mematuhi aturan batas akhir pendakian hanya sampai di Pasar Bubrah, sekitar satu kilometer dari puncak.
“Kalau melanggar bisa tersesat dan merepotkan banyak orang,” kata Agung saat ditemui Tempo di basecamp SAR Barameru di Dukuh Plalangan, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.
Menurut Ketua SAR Barameru, Bakat Setiawan, sedikitnya ada lima risiko yang mengadang pendaki jika nekat sampai ke puncak Merapii.
1. Sulit Mencari Jalan Turun
Tidak ada jalur pendakian resmi dari Pasar Bubrah ke puncak Gunung Merapi. Pendaki pemula yang belum berpengalaman berisiko salah menentukan arah saat turun dari puncak. “Karena tidak menemukan Pasar Bubrah, pendaki pemula mulai panik. Inilah fase awal mereka tersesat,” kata Bakat yang akrab disapa Lahar.
2. Terperangkap Kabut
Dalam kondisi cuaca ekstrim seperti sekarang, kabut tebal bisa mengepung kawasan puncak Merapi sepanjang hari. Akibatnya, jarak pandang hampir nol meter. Adapun suhu udaranya berkisar 17 - 20 cerajat celcius. “Melihat telapak tangan sendiri saja susah, apalagi mencari jalan turun,” kata Bakat.
3. Terjebak Badai
Hujan dan badai termasuk rintangan alam yang terberat bagi pendaki yang berada di ketinggian lebih dari 2.500 meter di atas permukaan laut (mdpl). “Saat terjadi badai, suhu udara di puncak Merapi bisa menurun drastis jadi 11 - 15 derajat celcius,” kata Bakat.
4. Kehabisan Bekal
Demi meringankan pendakian menuju puncak, pendaki biasanya meninggalkan ransel di tenda yang didirikan di Pasar Bubrah. Mereka hanya membawa air dan makanan ringan secukupnya. Walhasil, jika tersesat, pendaki akan kesulitan bertahan dalam jangka waktu lama.
5. Hilang Kontak
Jangan berharap bisa mudah menggunakan telepon seluler untuk meminta pertolongan saat tersesat di puncak gunung. Maka pendaki pemula disarankan bersama teman yang sudah berpengalaman atau ikut dalam rombongan. “Kalau dia terpencar dan tersesat, ada orang lain yang bisa mencari pertolongan,” kata Bakat.
Berita lain:
5 Alasan Enaknya Berkeliling Eropa dengan Kerata Api