TEMPO.CO, Yogyakarta - Menjelajahi museum-museum di Yogyakarta, terlalu sayang apabila tak mampir ke Museum Taman Tino Sidin di Jalan Tino Sidin, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Apalagi ada yang baru di museum ini, yakni patung raksasa Tino Sidin.
Museum Tino Sidin sebenarnya sudah diresmikan tiga tahun lalu oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (waktu itu) Muhammad Nuh. Kemudian hasil revitalisasi museumnya diresmikan Mendikbud penggantinya, Muhadjir Effendi, Kamis, 14 Desember 2017 pagi. Muhadjir sekalgus mersemikan patung raksasa Tino Sidin yang berukuran 1,5 kali ukuran tubuh manusia.
“Pak Tino Sidin kan tingginya 162 centimeter,” kata pematung Yusman saat ditemui Tempo usai peresmian. Sedangkan patung yang dibuat dalam posisi duduk itu mempunyai tinggi 165 centimeter. Apabila posisi tubuh berdiri tingginya 2,5 centimeter.
Bagian Bodinya dibuat dari perunggu dan diletakkan di atas susunan batu andesit berbentuk trapesium. Pada patung besutan Yusman selama tiga bulan itu, Tino Sidin tampak tengah duduk sambil memegang kanvas kecil di tangan kirinya dan kuas di tangan kanannya. Dia tetap dengan ciri khasnya, yaitu kaca mata berbingkai tebal dan topi baretnya.
“Mestinya pakai cangklong (pipa rokok). Tapi karena Pak Tino itu pendidik, jadi diganti kuas,” kata Yusman.
Pengunjung yang datang pun bergantian mengambil pose berfoto bersama patung itu. “Patung itu sekaligus untuk mengingatkan jasa dan pikirannya,” kata Yusman.
Bagi anak-anak zaman sekarang tentu tak banyak yang mengenal Tino Sidin. Namun para orang tuanya tak menutup kemungkinan acap menyimak pelajaran menggambar yang diampu Tino Sidin di televisi yang disiarkan TVRI.
Ada sejumlah ungkapan yang sering diucapkan Tino Sidin saat mengomentari lukisan anak-anak didiknya. Seperti “yak, bagus!”, “boleh diwarnai apa saja”, “jangan takut-takut”, juga “boleh”. Ungkapan-ungkapan tersebut sempat menjadi populer di masyarakat.
“Pak Tino mengajari untuk tidak takut. Gunung berwarna cokelat enggak apa-apa. Tanah warnanya ungu juga boleh,” kata perupa Yuswantoro Adi.
Bangunan museum itu menempati bangunan lantai atas dari rumah peninggalan perupa Tino Sidin yang telah meninggal dunia pada 1995 silam dalam usia 92 tahun. Lantai atas itu diberi sekat-sekat dengan dinding penuh tempelan lukisan dan sketsa karyanya.
Tak ketinggalan pula sejumlah barang-barang milik perupa yang diletakkan dalam lemari kaca, seperti alat menggambar, foto-foto, kacamata, piagam, hingga amplop honorarium Tino Sidin saat mengisi acara Gemar Menggambar di TVRI Yogyakarta.
Museum Tino Sidin ini bisa melengkapi wisata edukasi bagi anda dan sekeluarga yang merencanakan liburan akhir tahun ini di Yogyakarta.
Berita lain:
5 Alasan Enaknya Berkeliling Eropa dengan Kereta Api