TEMPO.CO, Jakarta -Duta besar Kazakhstan untuk Indonesia, Askhat T. Orazbay mengatakan, penerbangan langsung Jakarta - Astana, ibukota Kazakhstan dan rtue sebaliknya, telah selesai digodok dan sudah memiliki legalitas beberapa waktu lalu. Masalahnya, tidak ada penumpang dari Kazakhstan yang memilih terbang ke Jakarta dan begitu juga sebaliknya.
Sehingga maskapai penerbangan tidak akan terbang jika tidak ada profit yang diperoleh dari rute tersebut. Alhasil, rute itu seolah mati suri.
Baca: Bukan di Mesir, Piramida Tertua di Dunia Ada di Kazakhstan
"Tidak ada profit, tidak ada penerbangan," kata Orazbay kepada wartawan di Jakarta, Selasa, 12 Desember 2017.
Menurutnya, warga Kazakhstan banyak yang berlibur ke Bali dan hampir tidak ada yang ke Jakarta. Nah, mereka memilih maskapai yang terbang dari Astana ke Bali via Kuala Lumpur.
Dia berharap satu saat rute langsung itu bisa menarik minat warga kedua negara.
"Lebih realistis rute terbang langsung ke Bali daripada Jakarta," ujarnya.
Baca: Strategi Kazakhstan Masuk 30 Top Ekonomi Dunia Tahun 2050
Mengenai pemberian bebas visa untuk menarik minat warga asing berkunjung ke Kazakhstan, Orazbay mengatakan, pemerintahnya belum memiliki kebijakan bebas visa dengan alasan menghindari terjadinya imigran ilegal maupun keamanan negaranya.
Orazbay menjelaskan, populasi penduduk Kazakhstan sekitar 17-18 juta dengan luas negara mencapai 2,8 juta kilometer persegi atau masuk 9 negara terluas di dunia.
Pemerintah Kazakhstan tidak ingin terjadi masalah imigran gelap di negaranya. Ia pun tahu bahwa banyak warga asing yang ingin masuk ke Kazakhstan dari negara-negara di sekitar Asia bahkan Eropa.