TEMPO.CO, Mataram - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Nusa Tenggara Barat (PHRI NTB) segera membentuk posko krisis setelah terjadi pembatalan kunjungan wisatawan ke Lombok sebagai dampak meletusnya Gunung Agung.
Rencananya, siang ini pukul 12.30 waktu setempat, anggota PHRI bertemu dengan agen perjalanan membahas kemungkinan timbulnya komplain akibat penundaan kedatangan wisatawan.
Pembatalan kunjungan turis itu terkait dengan letusan Gunung Agung di Bali pada Sabtu dan Ahad kemarin. Akibatnya, Bandar Udara Internasional Lombok ditutup sementara karena terdampak debu vulkanik erupsi Gunung Agung. Bandara sempat ditutup sejak Ahad, 26 November pukul 17.55 Wita.
Pagi ini, bandara kembali dibuka. Direktur Operasi AirNav Indonesia Wisnu Darjono mengatakan penutupan bandara membuat sejumlah maskapai batal terbang dari dan menuju Lombok. “Sedikitnya 23 penerbangan yang dibatalkan," katanya, seperti dilansir dari keterangan tertulis, Senin, 27 November 2017.
Ketua PHRI NTB Lalu Abdul Hadi Faishal mengatakan ada gesekan antara agen perjalanan dan hotel. Pihak hotel merasa dirugikan karena telanjur menyiapkan jamuan makanan, yang dipesan agen perjalanan, untuk para wisatawan.
Baca juga: Letusan Gunung Agung Mendapat Perhatian Besar di China
“Pantauan saya, terjadi complain hotel yang menanggung pembatalan kedatangan 100-an orang,” katanya kepada Tempo, Senin. Total wisatawan yang batal datang diperkirakan mencapai 300-an orang. Ia memaklumi pembatalan itu disebabkan kejadian force majeure (di luar dugaan).
Penggagas Desa Wisata Stanggor di Lombok Tengah, Ida Wahyuni Sahabuddin, mengatakan tamu-tamunya juga membatalkan kunjungan. Selain dari Jakarta, ada juga yang datang dari Jepang. Jumlahnya bervariasi, mulai lima hingga 13 orang.
“Mereka sudah bayar di muka,” ujarnya, yang juga Ketua Asosiasi Pariwisata Islami Indonesia Lombok Tengah.
Dalam paket yang dipesan, per orang dikenai tarif Rp 175 ribu untuk kunjungan selama empat jam. Dalam paket itu termasuk makan siang di sawah, welcome music, dan welcome dance. Lalu ada petik buah naga, wisata beternak disertai mengikuti proses pembuatan pupuk kompos, dan mendatangi perajin tenunan.
Di Desa Wisata Stanggor ini, 40 orang warga anggota kelompok sadar wisata ikut terlibat. Mereka sudah bekerja sama dengan 12 agen perjalanan dalam dan luar negeri. “Sampai April 2018, kami full booked,” ucap Ida.
Salah seorang warga di Mataram yang menjadi mitra kunjungan ke Desa Wisata Stanggor, Dian Sulastini, mengatakan, rencananya, Senin siang ini, 27 November 2017, enam wisatawan akan datang dari Jakarta. "Infonya, sih, dari Jakarta on schedule menggunakan Batik Air," tuturnya.
SUPRIYANTHO KHAFID | VINDRI FLORENTIN
Berita Lain:
Gunung Agung Meletus, Kawasan Wisata Gili Trawangan Bersiaga
Letusan Gunung Agung Mendapat Perhatian Besar di China
5 Langkah Memilih Buah Durian Enak
Tiga Tempat Menikmati Durian Enak di Jakarta