TEMPO.CO, Deli Serdang - Warnanya tak sehitam kopi, tapi agak kecokelatan ketika diseduh. Aromanya pun masih didominasi bau melinjo. Tapi coba cicipi, ada efek yang ‘narik’ di pelipis ketika seduhan kopi melinjo itu menyentuh lidah.
Adalah Kepala Desa Denai Lama, KecamatanPantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Parnu yang mengentaskan buah melinjo ini menjadi sebuah minuman yang mulai dilirik di daerahnya.
Sosok yang pernah menyabet juara pertama sebagai Pemuda Pelopor Ketahanan Pangan di Suamtera Utara ini, awalnya merasa bingung dengan biji melinjo yang banyak terdapat di daerahnya ini. “setelah saya coba untuk dibuat kopi, wangi serta rasanya memang masih dominan melinjo, tapi efeknya hampir sama dengan kopi. Bikin kepala ‘narik’,” katanya saat ditemui di Desa Denai Lama, Senin 20 November 2017.
Membuatnya pun tak sulit. Buah melinjo yang sudah tua dan jatuh ke tanah (cirinya kulit luarnya merah dan kulit lapisan dalamnya hitam) langsung dikupas. Kemudian digongseng, selanjutnya kulit hitam dan daging dipisah. Terus dagingnya digongseng lagi sampai warna cokelat, kemudian ditumbuk dan gongseng lagi. Terakhir diayak.
“Setelah prosesnya selesai, seduh dengan air panas. Kalau mau ditambah gula, rasanya kian sedap,” katanya
Produk ini masih belum bisa disebarluaskan, karena masih dalam penelitian seorang ahli di Universitas Sumatera Utara (USU). Yang ingin dilihat adalah apakah menminum kopi melinjo ini bisa menaikkan kandungan kolesterol. “Masih dicari tahu nilai gizinya oleh para peneliti,” ujar Parnu yang juga pernah aktif di NGO selama 12 tahun.
Berita lain:
Emil Dardak Pernah Curhat Soal Pariwisata Trenggalek
Kahiyang Ayu Siregar Manortor Tanpa Didampingi Sang Suami