TEMPO.CO, Manokwari - Masyarakat adat di wilayah Kabupaten Kaimana, Papua Barat, memiliki tradisi yang unik dalam menjaga kelestarian lingkungan dan ekologi alam baik di darat maupun laut, yang disebut sasi nggama. Itulah yang juga diterapkan untuk menjaga lingkungan di perairan Kaimana.
Manajer Urusan Kawasan Konservasi dan Kebijakan di Provinsi Papua Barat Cinsercation International (CI) Indonesia Alberth Nebore mengatakan kearifan lokal tersebut dimiliki masyarakat sejumlah suku di Kaimana. “Tradisi ini merupakan bentuk dari konservasi tradisional yang telah dipertahankan secara turun temurun sebagai bentuk kearifan lokal,” kata dia dalam rilis, Senin, 13/11.
Baca juga:
Pesona Tersembunyi di Pegunungan Arfak Papua Barat
Teluk Triton Dinilai Lebih Indah dari Raja Ampat
Dia menegaskan bahwa kawasan Konservasi Perairan Kaimana adalah aset masyarakat Kaimana dan pemerintah Daerah. “Tradisi sasi nggama ini bertujuan untuk memastikan pengelolaan perikanan secara berkelanjutan agar dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat.”
Tradisi tersebut dilakukan juga sebagai upaya memajukan sektor pariwisata kawasan perairan.
Sasi Nggama merupakan identitas kultural. Tradisi ini sudah melekat dan menjadi sistem pengelolaan sumber daya alam tradisional yang sudah ada sejak lama.
"Dahulu, Sasi Nggama digunakan para leluhur masyarakat untuk mengatur pemanfatan sumber daya alam. Kearifan lokal inilah yang melindungi alam dan SDA di daerah tersebut," kata Nebore.
Kepala Kampung Siawatan Kaimana, Jen Wamoy menyebutkan, Kampung Siawatan sudah dijadikan kampung sejak tahun 1962. Sejak dahulu tradisi ini sudah dilakukan oleh orang-orang tua jauh sebelumnya.
"Sasi Nggama merupakan salah satu budaya Suku Koiwai yang ada di kampung Siawatan," kata dia.
Beberapa waktu lalu, pemerintah daerah bersama masyarakat menggelar prosesi buka Sasi Nggama di kampung Siawatan Distrik Etna. Kegiatan tersebut digelar di pulau Nawarum Kampung Siawatan.
Asisten II Sekda Kabupaten Kaimana. Martinus Furima mengatakan, Sasi Nggama bukan hal baru bagi masyarakat. Selain, sasi pantai dan laut masyarakat di wilayah pegunungan pun memiliki tradisi serupa yang disebut sasi kebun. Menurutnya tradisi ini perlu dilestarikan dan menjadi perhatian pemerintah terutama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
ANTARA
Berita lain:
Paramitha Rusady Selalu Ingin Membawa Spirit Manado