TEMPO.CO, Kediri - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, menggelar tari jaranan kolosal yang dimainkan 1.000 seniman di Stadion Brawijaya, Kediri, Jumat malam, 20 Oktober 2017. Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengimbau para seniman tradisional bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman demi melestarikan kesenian daerah itu.
Pentas tari jaranan kolosal itu dilakukan terkait dengan perhelatan Gerebek Suro 2017. Abdullah Abu Bakar mengatakan kegiatan budaya itu sangat menarik sehingga perlu dilestarikan.
Infografis: Trotoar-Trotoar yang Layak Jadi Tempat Selfie dan Instagram
Tari jaranan kolosal itu diikuti seniman jaranan dari tiga kecamatan wilayah Kota Kediri. Atraksi dibuka Wali Kota Kediri dengan menyabetkan pecut. Setelah itu, penari perempuan beraksi dan dilanjutkan dengan tari kolosal.
Kegiatan tahunan ini biasanya diselenggarakan di bantaran Sungai Brantas yang melewati Kota Kediri. Namun, karena saat ini sedang ada pembangunan, lokasi pentas dipindahkan ke Stadion Brawijaya. "Tapi kegiatan ini juga menarik. Stadion cukup luas, jadi untuk kolaborasi tempat, juga luas," kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kota Kediri Nur Muhyar.
Abdullah Abu Bakar meminta pemerhati budaya jaranan ikut melestarikan kesenian ini. Sedangkan para senimannya diminta tidak bosan dan harus terus berinovasi. Berbagai kemajuan teknologi bisa dimanfaatkan untuk kepentingan itu. “Salah satunya dengan kolaborasi, sehingga menjadi kesenian yang indah dan menarik.”
Dia juga berharap regenerasi tidak berhenti. “Pemerintah (akan) memberikan kesempatan serta ruang yang cukup luas kepada para seniman untuk pentas,” ucapnya.
ANTARA