Izin Konservasi Tareko Malang Dicabut

Reporter

Rabu, 17 Juli 2013 13:04 WIB

TEMPO.CO, Malang-Taman Rekreasi Kota atau biasa disebut Tareko Kota Malang, Jawa Timur bakal berubah menjadi lembaga konservasi khusus aves atau burung. Status berubah setelah Kementerian Kehutanan bakal mencabut Lembaga Konservasi Tareko yang dikelola Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Malang.


"Surat perubahan status diajukan ke Kementerian Kehutanana 2012 lalu," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni, Rabu 17 Juli 2013.

Sejumlah satwa koleksi Tareko yang dilindungi seperti Siamang, Landak, Kijang akan segera diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Sedangkan sejumlah jenis burung dilindungi seperti kasuari, kijang sambar, burung rangkok, merak, kakatua, nuri bayan, kakatua raja, nuri kepala hitam, kakatua jambul kuning, elang Jawa dan elang Himalaya tetap dipertahankan. "Akan menjadi pusat pendidikan dan penangkaran burung," katanya.

Perawatan satwa dilindungi, katanya, membutuhkan anggaran besar. Sementara pemerintah memangkas biaya perawatan dari awalnya Rp 90 juta per tahun turun menjadi Rp 70 juta per tahun. Sementara biaya pakan seperti daging, sayur, rumput dan aneka bijian mahal. Sehingga, satwa tak mendapat pakan yang sesuai.

Menurutnya, Tareko khusus menangani satwa jenis burung karena lebih mudah serta biaya perawatan murah. Untuk perawatan dan pemeriksaan kesehatan, Tareko mendatangkan dokter hewan dari Dinas Pertanian.


Tareko dipertahankan, katanya, sebagai alternatif wisata keluarga gratis di Malang. Setiap bulan rata-rata pengunjung mencapai 6 ribu sampai 10 ribu orang. "Warga Malang butuh tempat rekreasi yang murah meriah," katanya.

Ketua ProFauna Indonesia Rosek Nursahid merekomendasikan agar aktivitas lembaga konservasi Tareko ditutup. Karena Tareko tak ditangani oleh tenaga ahli dan profesional di bidang konservasi. Antara lain, tak memiliki tenaga dokter hewan yang memeriksa kesehatan dan ahli biologi untuk pengawasan perilaku alami satwa. "Mereka bukan ahli, perilaku satwa berubah," katanya.

Rosek menyayangkan perilaku makan Siamang yang berubah. Pakan alami Siamang, katanya, meliputi aneka jenis buah, dedaunan dan biji-bijian. Menurutnya, perilaku berubah karena keterbatasan pengetahuan penjaga satwa atau animal keeper dalam memberi pakan. Sehingga mereka memberikan berbagai jenis pakan yang tak sesuai dengan pakan alaminya.

Sementara perawatan jenis aves sulit, serta berbiaya besar. Seperti elang Jawa, pakan utama berupa daging setiap hari minimal memakan tiga ekor ayam. Selain itu, kandang juga harus luas agar elang bisa bergerak leluasa seperti di alam. "Kesejahteraan satwa harus diperhatikan, kandang harus layak," katanya.

Apalagi, saat musim kawin Elang membutuhkan ruang untuk membuat sarang yang terbuat dari dahan dan ranting. Selain itu, kandang elang harus jauh dari kandang burung dan satwa lain yang menjadi pakan alaminya. Sebab, jika berdekatan elang maupun satwa lainnya akan stres. Jika sesuai standar, lahan Tareko seluas dua hektare hanya cukup untuk membuat dua kandang elang.

Rosek mengusulkan agar Tareko digunakan menjadi tempat rekreasi alam. Seperti taman kota yang dilengkapi dengan aneka jenis tanaman dan tempat bermain anak. Sehingga tetap menjadi tempat rekreasi yang nyaman tanpa harus memelihara satwa dilindungi. Sedangkan satwa lebih baik diserahkan ke lembaga konservasi yang profesional.



EKO WIDIANTO

Advertising
Advertising

Berita terkait

Konflik Buaya dan Manusia Tinggi, BBKSDA NTT Desak Pemulihan Hutan Mangrove

16 hari lalu

Konflik Buaya dan Manusia Tinggi, BBKSDA NTT Desak Pemulihan Hutan Mangrove

Sepanjang tahun lalu, 5 warga Timor mati digigit buaya dan 10 luka-luka. Tahun ini sudah satu orang yang tewas.

Baca Selengkapnya

Teralihkan Covid-19, Sehelai Rambut Harimau Jawa Sempat Mendekam 3 Tahun di Bandung

28 hari lalu

Teralihkan Covid-19, Sehelai Rambut Harimau Jawa Sempat Mendekam 3 Tahun di Bandung

Lewat publikasi ilmiah, sampel sehelai rambut itu dipastikan dari seekor harimau jawa.

Baca Selengkapnya

Penyebab Harimau Sumatera Masuk Kampung dan Timbulkan Konflik Manusia dan Satwa Liar

33 hari lalu

Penyebab Harimau Sumatera Masuk Kampung dan Timbulkan Konflik Manusia dan Satwa Liar

Ekolog satwa liar Sunarto menjelaskan konflik Harimau Sumatera dengan manusia akibat beberapa faktor termasuk kondisi individual dan habitatnya.

Baca Selengkapnya

Lebih Dekat Ihwal Harimau Sumatera yang Dilaporkan Berkeliaran di Pasaman Barat Sumbar

33 hari lalu

Lebih Dekat Ihwal Harimau Sumatera yang Dilaporkan Berkeliaran di Pasaman Barat Sumbar

Setelah dikonfirmasi BKSDA kembali, satwa dilindungi harimau sumatera itu diketahui sudah keluar dari saluran air namun masih sempat berkeliaran.

Baca Selengkapnya

Harimau Terlihat di Pasaman Barat, BKSDA Sumatera Barat Turunkan Tim

35 hari lalu

Harimau Terlihat di Pasaman Barat, BKSDA Sumatera Barat Turunkan Tim

BKSDA Sumatera Barat melaporkan adanya harimau Sumatera di bak penampung di Desa Kajai Selatan, Kecamatan Talamau, Pasaman Barat.

Baca Selengkapnya

Mengira Biawak, Warga Temukan Anak Buaya Berkeliaran di Tengah Sawah

45 hari lalu

Mengira Biawak, Warga Temukan Anak Buaya Berkeliaran di Tengah Sawah

Temuan anak buaya ini cukup mengejutkan warga Desa Keboireng, Kecamatan Besuki, Tulungagung. Dari mana asalnya?

Baca Selengkapnya

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

54 hari lalu

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

BKSDA Sumatera Selatan mencatat sebanyak 127 kasus konflik buaya dan manusia terjadi di Bangka Belitung dalam lima tahun terakhir.

Baca Selengkapnya

Rentetan Kematian Gajah Sumatera, KLHK Manfaatkan Teknologi Deteksi Dini

58 hari lalu

Rentetan Kematian Gajah Sumatera, KLHK Manfaatkan Teknologi Deteksi Dini

Sebelumnya, BKSDA Aceh menemukan seekor gajah sumatera yang mati di Kabupaten Pidie Jaya.

Baca Selengkapnya

Mau Jual Anak Orang Utan ke Luar Negeri, Dua Warga Aceh Tertangkap di Medan

59 hari lalu

Mau Jual Anak Orang Utan ke Luar Negeri, Dua Warga Aceh Tertangkap di Medan

PN Medan memvonis dua warga Aceh karena terbukti menangkap dan hendak menjual dau ekor anak orang utan ke luar negeri

Baca Selengkapnya

Harimau Berkeliaran di Lampung Barat, Kandang Jebak dan Personel Pemburu Ditambah

26 Februari 2024

Harimau Berkeliaran di Lampung Barat, Kandang Jebak dan Personel Pemburu Ditambah

Sebelum peristiwa dua warga diduga tewas diterkam, berulang kali laporan diterima perihal penampakan harimau.

Baca Selengkapnya