Kawasan Jajanan Kya-kya, Surabaya, Sudah Dikenal Sejak Masa SriwiJaya
Reporter
Non Koresponden
Editor
Endri Kurniawati
Jumat, 30 September 2022 17:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wisata Kya-kya Surabaya atau Wisata Pecinan di Jalan Kembang Jepun, Surabaya dihidupkan lagi setelah bertahun-tahun tidak terurus. Wisata Pecinan ini sudah lama dikenal menjadi alternatif tempat kuliner malam masyarakat di Kota Pahlawan.
Tempat wisata ini telah memiliki sejarah panjang. Bahkan melewati masa penjajahan Belanda sampai Jepang. Kya-kya tumbuh ketika masyarakat ingin merombak kawasan Kembang Jepun menjadi semacam pasar malam.
Melansir p2k.unkris.ac.id, kawasan Kembang Jepun sejatinya sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Sriwijaya dan menjadi tempat banyak orang dari berbagai bangsa tinggal. Nama Kembang Jepun dikenal ketika masa penjajahan Jepang atau Jepun. Ketika itu, banyak serdadu Jepang yang mencari teman wanita atau juga disebut kembang di sekitar daerah ini.
Ketika masa pemerintah Belanda, jalan ini dinamakan Handelstraat.
Handel artinya perdagangan dan straat artinya jalan. Banyak pedagang asing yang berlabuh di sepanjang Jalan Kembang Jepun, Kota Surabaya. Lalu melihat keragaman budaya, pemerintah Belanda akhirnya membagi daerah ini berdasarkan beberapa daerah.
Belanda Bagi Kawasan
Pemerintah Belanda menempatkan kampung Arab dan Melayu di daerah utara. Kawasan menjadi Pecinan di selatan Kalimas, dengan Jalan Kembang Jepun sebagai pembatasnya. Belanda sendiri tinggal di Barat Kalimas yang kemudian mendirikan komunitas "Eropa Kecil".
Seiring waktu berjalan, para pedagang Tionghoa mulai masuk dan membangun kawasan bernuansa Pecinan. Banyak fasilitas hiburan didirikan, bahkan ada yang masih bertahan hingga kini, seperti Restoran Kiet Wan Kie.
Awal abad ke21, pemerintah Kota Surabaya pernah berkeinginan untuk menjadikan kawasan Kembang Jepun menjadi semacam Malioboro, namun tak ada tanggapan baik dari pedagang kaki lima. Akibatnya kawasan ini menjadi gelap gulita dan rawan kejahatan.
Melihat hal ini, ide muncul dari Dahlan Iskan selaku Menteri BUMN untuk menjadikan tempat ini sebagai ikon kota Surabaya pada 2003. Tahap demi tahap pembangunan pusat Kya-kya didesain dengan rapi di sepanjang jalan seluas 20 meter dan panjang 730 meter.
Dengan ukuran itu, pemerintah memperkirakan dapat menampung 200 pedagang, 2000 kursi, beserta 500 meja makan dengan memperhatikan keamanan.<!--more-->
Berdiri dan Mangkrak
Kya-Kya Surabaya berhasil didirikan pada 31 Mei 2003, bertepatan dengan hari ulang tahun kota Surabaya. Kawasan ini semakin diminati masyarakat, terutama ketika malam hari yang menyuguhkan atraksi barongsai, festival ngamen, dan suguhan musik keroncong, Acara tematik seperti Shanghai Night dan Agoestoesan Tjap Kya-kya Kembang Djepoen.
Keramaian ini hanya lima tahun atau berakhir tepat pada 2008. Pasalnya, saat itu harga makanan maik. Sedangkan barang yang terjual di pasar ini semakin berkurang.
Dalam catatan Tempo, Kya-kya Surabaya mengalami kebangkitan dengan nama Kya-Kya Reborn yang diresmikan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, pada 10 September 2022. Ia juga memanjangkan kawasan Pecinan ini karena melihat antusiasme warga dan para UMKM.
Untuk sementara, Kya-kya akan buka pada hari Jumat, Sabtu, dan, Ahad, mulai bakda magrib himhha pukul 22.00 WIB. “Kami juga akan melihat antusiasme warga, jika memang tinggi tidak menutup kemungkinan akan kami tambah,” kata Eri.
FATHUR RACHMAN
Baca juga: