Menyadari minimnya objek wisata di Kota Beras Serambi Madinah tersebut, Wali Kota Solok Zul Elfian dan wakilnya, Reinier, mulai melirik wisata agro yang bisa dijadikan destinasi wisata di Kota yang berpenduduk hampir 67.000 jiwa itu.
Untuk menuju wisata agro tersebut, Wako-Wawako menginstruksikan Dinas Pariwisata bersama dengan Dinas Pertanian menjadikan kawasan Payo Kelurahan Tanah Garam sebagai destinasi agrowisata. Kegiatan itu sudah dimulai sejak awal maret.
Kawasan Payo memiliki jarak 6 km dari pusat Kota Solok. Untuk mencapai kawasan Payo sangatlah gampang, karena jalan menuju ke RT IV itu sudah beraspal beton. Kendaraan roda dua maupun roda empat sangat lancar menuju lokasi dengan jarak tempuh 20 menit.
Hanya saja bagi driver perlu berhati-hati karena jalannya banyak tikungan dan tanjakan. Sebagai bentuk keseriusan Pemerintah Kota Solok menjadikan Payo sebagai tujuan agrowisata, di wilayah itu sudah mulai dikembangkan budidaya bunga krisan.
Tidak hanya itu, Pemerintah Kota Solok juga mengalokasikan anggaran Rp 190 juta pada tahun 2018, untuk membangun menara pandang di Puncak Payo. Sehingga, jika bangunan selesai, wisatawan lokal maupun mancanegara bisa menyaksikan Danau Singkarak dan pusat Kota Solok jika berdiri diatas menara pandang tersebut.
Berbagai macam program sosialisasi sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Solok kepada masyarakat demi wujudkan agrowisata, "Masyarakat harus mampu melihat peluang ekonomi dari kedatangan orang ke Payo," kata Zul Elfian. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan menyediakan makanan dan minuman dari hasil produksi pertanian.
Setidaknya bisa muncul warung-warung minuman di sepanjang jalan, serta kios-kios bunga krisan. Selain ada deplot, masyarakat juga dibimbing membudidayakan bunga krisan.
Tak cukup dengan itu, Pemerintah Kota Solok mulai melirik potensi tanaman kopi Payo. Zul Elfian dan Reinier optimistik mengenai kopi asli Kota Solok. Pengembangan tanaman kopi dilakukan di Kawasan Payo yang merupakan dataran tinggi. Setidaknya ini menjadi peluang ekonomi bagi masyarakat setempat. Jenis yang dikembangkan di Payo adalah jenis kopi Robusta, yang memang kopi asli kawasan Payo.
“Kami sangat berharap dengan adanya potensi ini, dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar, kami juga selalu meminta kepada OPD terkait untuk selalu proaktif mengembangkan potensi ini” ungkap Reiner.
Dengan adanya potensi tersebut, seharusnya masyarakat dapat memanfaatkan kondisi yang ada dilapangan untuk menjadikan payo sebagai pusat agrowisata. Masyarakat dapat membangun warung-warung kopi yang menyediakan langsung seduhan kopi payo. Sehingga wisatawan yang berkunjung tak hanya melihat kopi saja melainkan juga dapat mencicipinya.
“Ini merupakan peluang yang besar bagi masyarakat, tentunya kami sebagai pemerintah selalu berupaya untuk membuka peluang usaha bagi masyarakat” ungkap Reinier.
Tidak hanya itu, Reiner memaparkan, wisatawan juga bisa menikmati jagung bakar, pisang rebus, gorengan maupun makanan ringan yang dibuat dari hasil pertanian. Jadi orang yang datang ke payo tidak hanya sekedar melihat potensi alamnya yang indah dan sejuk, melainkan menikmati industri olahan dari produksi pertanian.
Dengan demikian agrowisata yang dicita-citakan tidak hanya sekadar impian melainkan menjadi kenyataan. Perekonomian masyarakat Payo juga bisa meningkat dengan banyaknya orang berkunjung ke lokasi wisata.
Sawah Solok nantinya menjadi mitra agrowisata Payo sebagai pemikat wisatawan. Hanya saja untuk wisata Sawah Solok masih memiliki perjalanan panjang karena, di Sawah Solok baru sekadar melihat tanaman padi dan budidaya ikan kolam air deras. Jika panen tiba, tentunya agrowisatanya tadi tidak ada lagi, karena hanya terlihat hamparan sawah semata.
Setidaknya, untuk melangkah ke arah agro wisata sudah ada, apalagi untuk lokasi Sawah Solok sudah dibangun gadung-gadung, mushala, dan pondok istirahat yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk bersantai sambil memandang hamparan padi dan budidaya ikan kolam air deras. Sejak dibangunnya gadung-gadung di Sawah Solok, sudah banyak masyarakat yang berkunjung.
Wali Kota Solok Zul Elfian dan Wakil Wali Kota Solok Reinier. TEMPO/Humas Kotamadya Solok
Masyarakat yang berkunjung ke lokasi itu hanya sekadar berswafoto. Mereka belum bisa berlama-lama menikmati pemandangan atau sekadar berwisata kuliner. Peluang ekonomi tersebut hendaknya dapat dibaca oleh masyarakat setempat, dengan membuka warung-warung minuman sehingga pendapatan masyarakat bisa meningkat.