Seekor Harimau Sumatera Masuk Pasar di Indragiri Hilir, Riau
Reporter
Antara
Editor
Tulus Wijanarko
Kamis, 15 November 2018 07:52 WIB
TEMPO.CO, Pekanbaru - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menduga seekor harimau sumatera dewasa yang masuk ke dalam kawasan pasar di Kecamatan Pulau Burung, Kabupaten Indragiri Hilir sebelumnya pernah memangsa ternak milik warga. "Kami duga seperti itu. Karena dia (harimau dewasa) itu yang sering muncul," kata Kepala BBKSDA Riau Suharyono di Pekanbaru, Rabu, 14/11.
Sebuah kejadian langka terjadi saat seekor harimau sumatera dewasa tiba-tiba masuk ke kawasan pasar di Indragiri Hilir, Rabu. Hingga sore, si raja rimba bernama latin Panhtera tigris sumatrae tersebut masih terjebak di kawasan pasar, tepatnya disela-sela dua bangunan rumah toko (Ruko). Namun, satwa itu tampak tenang dan Suharyono memastikan hewan karnivora itu dalam keadaan aman dan selamat.
Haryono menduga harimau dewasa yang belum diketahui jenis kelaminnya tersebut berasal dari kawasan semak belukar tidak jauh dari pasar. Semak belukar seluas empat hektare itu selama ini memang dikenal sebagai tempat persembunyian harimau.
Akan tetapi, kawasan semak belukar itu bukan merupakan tempat yang cukup luas bagi seekor harimau. Hewan ini dikenal memiliki daya jelajah sangat luas.
Selain itu, Haryono juga menduga harimau itu tersesat ke pasar akibat kekurangan sumber makanan di habitatnya. Apalagi diperkirakan di kawasan semak-belukar itu tidak hanya ada satu ekor harimau. Maka ketika mereka kekurangan makanan akhirnya keluar satu per satu. Harimau yang terjebak di pasar itu diperkirakan pernah menerkam sedikitnya tiga ekor ternak warga.
"Pada saat menerkam ternak warga beberapa waktu lalu dari tapaknya kami perhatikan individu harimaunya lebih dari satu. Satu tapak besar mungkin induk dan tapak lainnya mungkin anakan. Nah, apakah ini induk yang kemarin tapaknya kita lihat atau individu lain belum bisa dipastikan. Tapi dugaan kami sama (dengan yang menerkam ternak warga)," kata Haryono.<!--more-->
BBKSDA Riau telah mengirimkan dua tim untuk melakukan evkuasi harimau tersebut. Tim itu satu dari Rengat Kabupaten Indragiri Hulu dan satu tim lainnya dari Pekanbaru.
Tim dari Pekanbaru merupakan tim yang lebih lengkap karena terdiri dari tim medis dan tim bius. Namun, jarak dari Pekanbaru menuju lokasi kejadian cukup jauh dan membutuhkan waktu sedikitnya 10 jam perjalanan darat.
Saat ini tim gabungan TNI, Polri dan masyarakat telah melakukan sejumlah upaya agar harimau melarikan diri. "Di sana sudah dipasang jaring dan kayu untuk mencegah harimau melarikan diri," tutur Haryono.
Kabupaten Indragiri Hilir dalam setahun terakhir tak lepas dari berita kemunculan harimau. Bonita, harimau betina dewasa mengawali berita kemunculan si raja rimba itu di Indragiri Hilir awal Januari 2018 lalu.
Bonita menjadi perhatian publik setelah proses pencarian dan relokasinya memecah rekor sebagai proses terlama di Indonesia. Butuh waktu tiga bulan sebelum harimau itu benar-benar berhasil ditangkap tim gabungan BBKSDA Riau, TNI dan Polri. Selama proses pencarian itu Bonita telah menewaskan tiga orang.
Pada September 2018, harimau kembali muncul di Indragiri Hilir yang kala itu menerkam tiga ekor ternak warga. Tim gabungan langsung turun untuk memasang perangkap dan kamera pengintai. Tim patroli juga diturunkan namun tak kunjung membuahkan hasil.
Lalu Di Kabupaten Kuantan Singingi, atau kabupaten tetangga Indragiri Hilir pada akhir September 2018 lalu seekor harimau betina dalam keadaan bunting ditemukan mati terjerat.
ANTARA