Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wayang Kulit, Eksotisme Pertunjukan Monolog Khas Jawa

image-gnews
Pertunjukkan wayang kulit.
Pertunjukkan wayang kulit.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Suara gending memecah kesunyian. Dalam iringan entakan gendang, tangan dalang pun bergoyang. Tembang sinden terdengar nyaring. Dengan logat Jawa nan kental, sang dalang bertutur tentang kisah yang dipetik dari cerita panjang Mahabarata, Ramayana, atau Serat Menak. Inilah pertunjukan monolog khas Jawa.

Yang sering kali diangkat dalang adalah kisah perseteruan keluarga Pandawa dari Kerajaan Amarta—simbol kejujuran, kebaikan, kebenaran, keberanian, kemuliaan, dan tanggung jawab—melawan keluarga Kurawa dari Kerajaan Ngastina— simbol angkara murka, kerakusan, kesombongan, arogansi, dan kelicikan. Pertikaian berujung pada peperangan kedua keluarga dalam Baratayuda.

Wayang kulit kini menjadi salah satu pertunjukan favorit turis asing di Yogyakarta. Setiap pekan ada dua sampai empat pentas yang biasa berlangsung semalam suntuk, dari pukul 21.00-05.00. Bila digelar siang hari, lazimnya pukul 09.00-16.00. Meski demikian, di tangan para dalang kontemporer, pentas wayang ditampilkan hanya dua hingga empat jam.

Panggung terdiri dari layar berupa kain putih, dengan di bawahnya ditaruh batang pohon pisang untuk menancapkan dan menampilkan wayang. Penerangan lampu halogen pada muka layar akan membentuk efek bayangan wajah wayang yang indah dari balik layar. Sehingga para penonton bisa memilih melihat pertunjukan dari depan layar atau belakang layar.

Dalam setiap pementasan, tidak ada ketentuan pasti berapa jumlah adegan dalam satu lakon cerita. “Kalau lakon Sumantri Ngenger, jumlah adegan bisa ratusan,” ujar Anom Suroto, salah satu dalang ternama asal Jawa Tengah. Kisah Sumantri Ngenger, dalam kreasi Anom Suroto, merupakan kisah terpanjang sehingga perlu waktu 8-10 jam pentas.

Dalang menjadi aktor utama dalam pertunjukan wayang kulit. “Sekali pentas, saya memerankan sedikitnya 30-an tokoh wayang,” kata Anom Suroto. Secara umum, 30-an tokoh itu meliputi 12 karakter, yaitu raja, kesatria, raksasa, dewa, Punokawan, priyayi, wanita, abdi raja, hewan, prajurit, suara alam, dan guru. Improvisasi dalang amat diperlukan saat menirukan suara dan mengekspresikan tingkah laku tokoh wayang agar bisa menyihir penonton dan sesuai dengan pakem cerita. “Yang paling sulit meniru karakter tokoh wanita, terutama Srikandi, Wilutomo, Banowati, atau Sembodro,” ucap Anom Suroto.

Menilik sejarahnya, seni wayang kulit diperkirakan hadir di Jawa pada abad ke-9 Masehi, bersamaan dengan menguatnya agama Hindu di Jawa. Hal ini didasarkan pada basis cerita wayang kulit yang diangkat dari kisah-kisah Mahabarata dan Ramayana, yang berasal dari sastra India. Ketika Islam berkembang di Jawa, seni wayang mengalami perombakan hingga wujudnya yang seperti sekarang dan dianggap sebagai bentuk budaya otentik masyarakat Jawa.

Di tangan para Walisongo, yaitu para penyebar Islam di Jawa pada abad ke-15, wayang kulit difungsikan sebagai seni multikultur. Basis cerita Hindu, Ramayana dan Mahabarata, tetap dipertahankan sebagai cerita utama pementasan, namun di dalamnya dimasukkan unsur-unsur baru yang membawa pesan pembaruan Islam, seperti tradisi suluk dalam wayang yang bernuansa Islami, dan masuknya beberapa tokoh wayang baru, seperti Punokawan. Sejumlah gamelan dan tembang-tembang baru, seperti Macapat, juga merupakan bagian dari kreasi baru ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kini wayang kulit makin berkembang dalam beragam variasi sesuai dengan budaya setempat, seperti wayang kulit Purwo yang berkembang di Jawa Tengah, Yogya-karta, dan Jawa Timur. Lantas wayang kulit Banyumasan, wayang kulit Bali, wayang kulit Banjar (Kalimantan Selatan), wayang kulit Palembang, wayang kulit Betawi, wayang kulit Cirebon, dan wayang kulit Madura. Pada 7 November 2003, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, UNESCO, menetapkan wayang kulit sebagai warisan dunia di bidang seni narasi oral (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Penghargaan ini menjadi pengakuan bahwa wayang kulit sebagai seni yang otentik berasal dari Indonesia.

Kekhasan Punokawan Lepas tengah malam, ada empat sosok tokoh bertubuh disformatif yang selalu dihadirkan dalang dalam pementasan wayang kulit. Keempatnya adalah Semar (bertubuh pendek dan gendut), Gareng (pendek dan pincang), Petruk (tinggi dan buncit), serta Bagong (pendek, gemuk, dan bermata besar). Keempat tokoh ini disebut Punokawan, abdi raja dan kesatria Pandawa.

Kehadiran Punokawan menjadi ciri khas wayang kulit Indonesia, yang tak ditemukan dalam seni wayang di India, Kelantan, atau negara Asia Tenggara lain. Dalam kisah panjang Mahabarata dan Ramayana juga tidak ditemukan cerita para Punokawan ini. Para Punokawan biasanya membicarakan masalah rakyat biasa, gosip, keluh kesah rakyat, umpatan-umpatan kasar, dan hiburan.

Menatah hingga Menyungging Yogyakarta bisa disebut pusat perkembangan seni wayang kulit. Selain ada klub-klub yang secara rutin mengadakan pementasan wayang kulit setiap pekan, di kota ini banyak ditemukan perajin wayang kulit. Seperti di Desa Bangun Jiwo, Pucung Ukir Sarti, Imogiri, di Bantul. Pembuatan wayang kulit biasanya meliputi tahap penatahan atau mengukir, dan tahap penyunggingan atau seni melukis perwajahan wayang.

Penatahan adalah tahap pembuatan pola wayang pada sehelai kulit sapi, kerbau, atau kambing yang telah diolah. Kemudian diukir dan ini bagian yang sangat rumit, mengingat setiap wayang mempunyai spesifikasi bentuk, dan ciri khas masing-masing. Seorang penatah pemula perlu belajar 4-5 tahun untuk mencapai tahap mahir.

Setelah penatahan, dilanjutkan penyunggingan, berupa pewarnaan wajah wayang. Proses ini juga rumit, karena banyak detail perwajahan wayang yang berwarna-warni. Rumitnya proses membuat pembuatan wayang memerlukan waktu 20 hari. Kini perajin tak hanya membuat wayang kulit sebagai wayang pertunjukan, tetapi juga sebagai hiasan, suvenir, dan seni ornamen. Seperti gantungan kunci, dompet, tas, hiasan lampu, dan seni batik.

TRAVELOUNGE

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

16 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

21 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

25 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Ilustrasi badai. Johannes P. Christo
Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.


Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Hujan akibatkan kanopi di Stasiun Tugu Yogyakarta roboh, Kamis, 4 Januari 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.


Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi meletus lagi, mengirim material vulkanik hingga setinggi tiga kilometer di atas puncak gunung itu, Jumat pagi 10 April 2020. Letusan itu adalah yang ketujuh sejak yang pertama Jumat pagi 27 Maret lalu. FOTO/DOK BPPTKG
Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.


Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Ketua Umum Partai PSI Giring Ganesha (kanan) memakaikan jaket partai kepada Ade Armando (kiri), sebagai simbol bergabung partai PSI di kantor DPP partai PSI, Jakarta Pusat, Selasa, 11 April 2023. Ketua Umum partai PSI mengumumkan bergabungnya Ade Armando menjadi kader Partai PSI. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman


Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

8 Desember 2023

Masyarakat berebut gunungan Sekaten di halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Kamis (28/9). Dok. Keraton Yogyakarta.
Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.


Libur Nataru, Yogyakarta Targetkan Dulang 800 Ribu Wisatawan

6 Desember 2023

Kawasan Tebing Breksi, Sleman, jadi andalan destinasi wisata akhir pekan. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Libur Nataru, Yogyakarta Targetkan Dulang 800 Ribu Wisatawan

Puncak kunjungan wisatawan di destinasi wisata Yogyakarta setiap tahunnya terjadi pada Juni, Juli, dan Desember.


Jurus Yogyakarta Jaga Kenyamanan Jelang Masa Kampanye

21 November 2023

Kirab budaya pemilu damai di Yogyakarta melintasi Jalan Malioboro Selasa (21/11). (Dok. Istimewa)
Jurus Yogyakarta Jaga Kenyamanan Jelang Masa Kampanye

Keamanan dan kenyamanan di Yogyakarta jadi investasi karena tanpa itu, dua sumber kehidupan yakni pariwisata dan pendidikan akan terpengaruh.