TEMPO.CO, Jakarta - Warga desa-desa di Pulau Haruku, Saparua, dan Nusa Laut menampilkan aneka seni dan tradisi Maluku dalam Duurstede Festival, yang berlangsung di kawasan Benteng Duurstede, Saparua, Maluku Tengah, 21-23 September.
Penyelenggara yang meliputi Klasis Gereja Protestan Maluku Pulau-pulau Lease, Ambonesia Foundation, M-Tree Community, Wonderful Indonesia, dan DPD Pappri Maluku menggelar sebelas lomba dalam festival yang diikuti 350 peserta tersebut. Perlombaan antara lain meliputi lomba suling bambu, yang pada masa lampau digunakan dalam upacara adat dan ibadah di gereja; serta lomba anyam kamboti (keranjang) dari daun kelapa, yang digunakan warga Kepulauan Lease untuk menampung hasil kebun saat panen.
Selain itu, ada lomba cucu atap, yakni membuat dan menganyam atap dari daun sagu; serta lomba membuat tapalang atau balai-balai dari gaba-gaba atau batang daun sagu. Lalu ada lomba lari tampurung, batok kelapa yang dibagi menjadi dua dan dijadikan alas kaki untuk berlari; lomba angkat batu, yakni para peserta harus mengangkat batu dari dalam laut menuju tepi pantai
Penyelenggara juga menggelar keku dulang, lomba yang mengangkat tradisi ibu rumah tangga berjualan menggunakan dulang atau nampan kayu berdiameter 1 meter sebagai tempat menaruh makanan yang biasa dibawa di kepala. Ada pula lomba makan papeda dan bale papeda, yang menunjukkan kepiawaian peserta memindahkan papeda (makanan tradisional masyarakat Maluku yang terbuat dari sari pati sagu) panas dari satu tempat ke tempat lain menggunakan gata-gata atau dua bilah bambu yang bagian ujungnya serupa garpu bermata dua.
Penyelenggara juga menggelar pikol sagu manta, lomba lari sambil memanggul tepung sagu di dalam tumang atau wadah berbentuk keranjang dari daun sagu; serta lomba triatlon tradisional berupa barnang (berenang), panggayo (dayung), dan lari.
"Berbagai jenis lomba yang digelar dalam Duurstede Festival merupakan sejumlah kearifan lokal seni dan budaya masyarakat Maluku, khususnya di Kepulauan Lease, yang saat ini semakin kurang diminati dan dilupakan warga," kata ketua panitia pelaksana M. Tomasoa di Ambon, Minggu, 20 September 2015.
"Festival yang akan dijadikan agenda tahunan ini bertujuan mempromosikan potensi lokal masyarakat, khususnya seni, budaya, serta pariwisata, dan diharapkan pada masa mendatang dapat menjadi roda penggerak ekonomi masyarakat di Kecamatan Pulau-pulau Lease," ujarnya.
ANTARA