TEMPO.CO , Banjarmasin:Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dikenal dengan julukan 'Kota Seribu Sungai'. Pasalnya, kota ini dibelah dengan sungai besar Barito dan Martapura beserta percabangan sungainya. Ada tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat sekitar sungai, yang menarik perhatian wisatawan lokal bahkan mancanegara, yakni pasar apung.
Salah satu lokasi pasar apung adalah di Lok Baintan, yang terletak di Sungai Martapura. Tempo mengunjungi pasar ini akhir April lalu, dengan menumpang klotok, atau perahu motor, dari Pengambangan,Banjarmasin, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Lok Baintan.
Perjalanan yang ditempuh kurang lebih 30-40 menit tergantung arus sungai ini, dimulai pagi-pagi sekitar pukul enam. Sambil menikmati angin pagi yang dingin, kita bisa melihat penduduk yang tinggal di bantaran sungai memulai aktivitasnya. Ada yang tengah mencuci muka, gosok gigi, atau mandi. Semua menggunakan air sungai Martapura yang berada persis di depan rumah mereka.
"Sungai ini adalah sumber kehidupan masyarakat di pesisir sungai," ujar Ahmad yang menjalankan perahu motor yang kami tumpangi.
Setelah mengarungi sungai berapa lama, muncul tanda-tanda Pasar Apung Lok Baintan telah dekat. Yaitu, munculnya perahu-perahu kecil dengan muatan barang dagangan yang mendekati perahu yang ditumpangi turis-turis yang mampir di Pasar Apung. Ya, di pasar ini, bukan pembeli yang mendatangi penjual, namun sebaliknya. Semua transaksi berlangsung di atas kapal.
Beragam barang dagangan mereka naikkan ke atas kapal kecil yang dijalankan dengan dayung tersebut. Mulai dari kue-kue pasar, ikan sungai, ayam, juga sayur dan buah-buahan. Termasuk di antaranya adalah buah mentega dan jeruk Banjar yang khas dari Kalimantan. Buah mentega, bentuknya sekepalan tangan dengan daging buah yang rasanya bersemu manis dengan teksturnya sangat lembut, karena itu dinamakan buah mentega. Baunya, manis dan cukup tajam.
Sementara itu jeruk banjar yang memiliki kulit tebal bentuknya cukup mengingatkan pada jeruk sunkist yang diimpor dari luar negeri. Hanya saja, jeruk Kalimantan ini memiliki kulit hijau tua. Meski berkulit hijau, jangan takut jeruk ini akan sangat asam. Sebaliknya, rasa jeruk ini manis dan segar. Jeruk dan buah mentega, bisa dibeli per keranjang dengan harga sekitar Rp 50 ribu, atau dibeli satuan dengan harga Rp 5 ribu per buah.
Para penjual juga selalu siap dengan pisau untuk memotong-motong buah ini bagi pembeli yang ingin langsung memakan buah ini di tempat.
Uniknya, semua penjual di Pasar Apung adalah ibu-ibu. Banyak di antara mereka yang memoles bedak dingin berwarna putih tebal-tebal di wajahnya. "Ibu-ibunya jualan di pasar, yang laki-laki kerja yang lain seperti bertani,"ujar Siti, 43 tahun, salah seorang pedagang di Pasar Apung. Ia berangkat Subuh perahunya dan tiba di pasar sekitar pukul enam.
Musisi Yovie Widianto, yang datang ke Pasar Lok Baintan bersama program Idenesia untuk Indonesia Kaya, menyebut sangat kagum dengan para ibu pedagang yang berjualan di pasar ini. "Ini sangat menginspirasi, memperlihatkan ketangguhan perempuan Indonesia," ujarnya.
Yovie menyebutkan ia sendiri telah tiga kali mengunjungi pasar apung di Kalimantan. Ia berharap, pemerintah lebih serius menggarap lokasi yang memiliki potensi pariwisata tersebut.
"Harus dipikirkan bagaimana meningkatkan kebersihannya, infrastruktur pendukung hingga keamanannya sehingga perkembangan tempat ini menjadi lebih optimal," katanya.
RATNANING ASIH