Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Misteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels

Editor

Nurdin Kalim

image-gnews
Jalan di Kawasan Cadas Pangeran, Sumedang. Tempo/Tony Hartawan
Jalan di Kawasan Cadas Pangeran, Sumedang. Tempo/Tony Hartawan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tanjakan Si Budi dan Pancuran Orok. Di dua lokasi di Cadas Pangeran itu sering ditemukan mayat. Dedi Kusnadi, 43 tahun, pengojek yang biasa mangkal tak jauh dari tempat berdirinya patung Pangeran Kornel dan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, beberapa kali menjadi saksi kasus penemuan mayat yang membuatnya harus bolak-balik ke kantor polisi. Ia, misalnya, pernah menjadi saksi penemuan mayat korban mutilasi.

Dedi ingat, semasa ia masih duduk di bangku sekolah dasar, akhir 1970-an sampai awal 1980-an, Cadas Pangeran terkenal angker. “Jam 5-6 sore, warga sudah takut ke luar rumah,” ujarnya. Angkernya jalan Cadas Pangeran tak lepas dari kondisinya yang sempit, gelap, dan sepi. Tak aneh bila Cadas Pangeran menjadi pilihan untuk membuang mayat korban pembunuhan.

Untuk menghilangkan jejak, pembunuhnya membuang mayat itu ke dasar jurang Cadas Pangeran, yang ditumbuhi pohon pinus dan bambu. Bahkan, pada 1980-an, ketika musim pembunuhan misterius, hampir tiap pekan warga setempat menemukan mayat lelaki bertato di dalam karung di pinggir jalan.

Secara fisik, jalan penghubung antara Bandung dan Sumedang ini juga terbilang menyeramkan. Kondisi jalan yang berkelok-kelok dan diapit tebing tinggi yang riskan longsor saat musim hujan membuat Cadas Pangeran dikenal sebagai jalur maut.
Namun yang tak kalah menakutkan adalah cerita tentang banyaknya korban tewas selama pembangunan jalan semasa pemerintahan Daendels. Menurut Raden Mohamad Achmad Wiriaatmadja, tokoh Sumedang yang juga Ketua Museum Prabu Geusan Ulun (Museum Yayasan Pangeran Sumedang), korban kerja paksa pembangunan Jalan Raya Pos gagasan Daendels itu dimakamkan tersebar di sekitar Cadas Pangeran.

Di antaranya di lereng belakang deretan kios dekat mulut Cadas Pangeran, yang berada di sebelah kiri dari arah Bandung, dan di area persawahan Kampung Singkup. “Saya pasangi tugu di Singkup untuk mengenang jasa korban Jalan Pos,” ujar Achmad. Di Kampung Singkup itu, kata dia, ditemukan lima kuburan korban Jalan Raya Pos. Ia mengatakan mengetahui kuburan tersebut berdasarkan cerita lisan penduduk saat menelisik riwayat sejarah daerah Cadas Pangeran pada 1972.

Tempo mendatangi lokasi pertama yang disebut Achmad. Lokasi itu masuk wilayah Kampung Cijeruk. Tempat itu dipasangi pagar pilar beton tinggi sepanjang 200 meter sebagai penahan tanah jika terjadi longsor. Adang Jayadi, koordinator pedagang Cadas Pangeran, menyebutkan pagar beton itu dibuat pada 2005. Sebelum tempat itu ditanami tiang beton, kata Adang, warga menemukan perkuburan berisi sekitar 12 makam. “Makamnya tidak baris teratur. Semuanya menghadap ke barat. Karena dipasang beton, enam makam dipindahkan ke lereng lebih atas, lengkap dengan batu nisannya,” ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jalan ke makam relokasi itu menanjak terjal melewati semak belukar dengan kemiringan sekitar 45 derajat. Adang harus menebas semak belukar menuju kompleks makam tersebut. “Ini makam raja, itu istrinya dan empat anak buahnya,” ujarnya menerangkan deretan makam itu.

Adang menyebutkan makam “raja” itu satu-satunya pusara yang memiliki batu nisan berhuruf Arab. Aksara Arab itu sendiri sudah sulit terbaca karena berlapis tanah dan lumut. Menurut dia, ketika dipindahkan, jasad “raja” itu masih ada separuh dengan kuku-kuku tangan yang memanjang. “Saya enggak tahu itu sebenarnya siapa,” kata Adang. Ia mengaku tidak pernah mendengar riwayat dari sesepuh kampung bahwa kumpulan makam itu merupakan korban Jalan Pos.

Tempo juga sempat mendatangi persawahan Kampung Singkup, tempat Achmad memasang tugu. Namun, seperti di lokasi pertama, warga sekitar, seperti pemilik warung makan yang telah berjualan selama sembilan tahun di dekat tugu, tak tahu soal korban Jalan Pos di sana. Empat plakat di sekeliling tugu juga sudah tak bisa terbaca tulisannya karena catnya luntur dan berkarat.

TIM TEMPO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

26 September 2022

Suasana lengang di sekitar Jalan Asia Afrika di kawasan pusat Kota Bandung, Ahad, 3 April 2022. Hari pertama Ramadan, kawasan ini sepi aktivitas dibanding akhir pekan biasanya yang ramai wisatawan melihat aksi cosplay berkostum unik. TEMPO/Prima Mulia
Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

Julukan Paris van Java untuk Kota Bandung mulai mencuat ketika acara Kongres Internasional Arsitektur Modern di Swiss pada Juni 1928.


Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

25 September 2022

Warga menonton festival Tari Ketuk Tilu di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat, 19 Agustus 2022.  Tari Ketuk Tilu yang merupakan cikal bakal dari Tari Jaipong tersebut ditampilkan sebagai kemeriahan peringatan HUT ke-77 Provinsi Jawa Barat yang diikuti sedikitnya 1.000 warga Jawa Barat. ANTARA/Novrian Arbi
Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

Herman Williem Daendels meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang memindahkan ibu kota kabupaten melalui surat tanggal 25 Mei 1810.


Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

12 Februari 2018

Warga Tionghoa membersihkan patung Dewa-Dewi di Klenteng Hok Tek Bio, Salatiga, Jawa Tengah, 9 Februari 2018. Ritual pembersihan patung Dewa-Dewi yang berada di klenteng yang telah berusia 146 tahun itu untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2569 yang jatuh pada 16 Februari mendatang. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

Pada Cap Go Meh, arak-arakan joli yang diikuti liong dari kelenteng-kelenteng itu ada yang melewati jalan Daendels.


Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

28 Mei 2015

Peta Jalan Raya Pos yang tertera di atas Prasasti titik 0 (nol) Kilometer pembangunan Jalan Anyer-Panarukan di Pantai Bojong, Anyer, Kabupaten Serang, Jumat, 15 Mei 2015. Jalan dikerjakan dengan sistem kerja rodi pada Pemerintahan Gubernur Jenderal HIndia Belanda yang ke-36, Herman Willem Daendels. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

Nyaris tak ada jejak kejayaan pelabuhan di ujung Jalan Raya Pos Daendels ini.


Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

27 Mei 2015

Sebuah lukisan di karoseri bak truk kayu yang melintasi Jalan Siliwangi, Pantura, Jawa Tengah,  19 Mei 2015. TEMPO/Budi Purwanto
Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

Tren lukisan di bak truk bergeser ke model stiker. Tetap khas dengan gambar nakal dan kalimat jail.


Kisah Mayat di Alas Roban

27 Mei 2015

Kawasan Alas Roban, Jawa Tengah. Tempo/Budi Purwanto
Kisah Mayat di Alas Roban

Jalan Daendels membelah Alas Roban yang terkenal angker dan rawan kejahatan. Jadi tempat pembuangan mayat.


Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

27 Mei 2015

Warung remang-remang di sepanjang Kawasan Alas Roban, Batang, Jawa Tengah. TEMPO/Budi Purwanto
Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

Prostitusi di jalur Pantura tumbuh sejak zaman Belanda. Titik lokalisasi mengikuti tempat istirahat para sopir truk.


Jembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia

27 Mei 2015

Jembatan Sembayat di kawasan Kec. Manyar, Gresik, Jawa Timur, 11 Mei 2015.  TEMPO/Aris Novia Hidayat
Jembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia

Jadi alat untuk menghukum penduduk karena jembatan tak kunjung selesai


Daendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya

27 Mei 2015

Herman Willem Daendels, Gubernur-Jenderal Hindia Belanda. Wikimedia.org
Daendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya

Di kota kelahirannya sendiri, Hattem, jejak jenderal bertangan besi ini hanya terdapat di Museum Voerman, museum sejarah Kota Hattem.


Menjelajah Keindahan Pasir Putih Situbondo  

27 Mei 2015

Pantai Pasir Putih merupakan salah satu tujuan wisata di Situbondo, Jawa Timur, 15 Mei 2015. Pantai ini merupakan tempat wisata tertua di tepi Jalan Raya Pos Daendels. TEMPO/Ika Ningtyas
Menjelajah Keindahan Pasir Putih Situbondo  

Pantai Pasir Putih di Kecamatan Bungatan, Situbondo, Jawa Timur, cukup strategis, di sisi Jalan Raya Pos karya Gubernur Jenderal Daendels.