Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menilik Wisata Kerajinan di Jalan Daendels

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Sentra kerajinan kerang di Jalan Raya Panarukan, Situbondo. TEMPO/Ika Ningtyas
Sentra kerajinan kerang di Jalan Raya Panarukan, Situbondo. TEMPO/Ika Ningtyas
Iklan

TEMPO.CO, Situbondo - Aneka jenis kerang tersusun menjuntai sepanjang dua meter. Berwarna putih berkilauan, yang dipadu dengan kerang jenis lainnya berwarna hitam. Jadilah tirai cantik yang siap menghiasi jendela atau pintu kamar rumah Anda.

Tirai hanya salah satu produk dari kerajinan kerang buatan UD Sentra Kerajinan Kerang di Kecamatan Panarukan, Situbondo, Jawa Timur. Di galeri yang merangkap jadi rumah si empunya itu, ribuan kerang laut telah menjelma menjadi berbagai produk hiasan rumah.

Lihat saja deretan cermin rias yang dipajang di etalase. Ada yang berbentuk persegi, ada pula yang lonjong. Aneka kerang berwarna-warni mempercantik pinggiran cermin rias seharga Rp 40 ribu itu. Atau tengok saja, kap lampu yang bergelantungan di bagian atas bangunan. Kerang berbentuk spiral menjuntai menawan. Bunyinya bergemericik tatkala diterpa angin.

Menurut pemilik UD Sentra Kerajinan Kerang, Jamilah Syaiful, ada ratusan item produk hiasan rumah yang telah ia buat dengan bahan baku kerang. “Produk paling kecil yaitu gantungan kunci,” kata perempuan berusia 39 tahun ini.

UD Sentra Kerajinan Kerang adalah tertua di Situbondo. UKM ini dirintis oleh orang tua Jamilah pada tahun 1976. Galerinya cukup mudah dicari dan dijangkau. Berada persis di ujung jalan bersejarah buatan Daendels, yang membentang dari Anyer-Panarukan sepanjang 1.000 kilometer.

Jamilah bercerita, kerang yang sering dipakainya adalah jenis kapis. Karena jenis ini paling banyak tersedia di perairan Indonesia. Namun, ia menerima seluruh jenis kerang yang disetorkan oleh para pengepul dengan harga paling murah Rp 3 ribu per kilogramnya.

Bahan baku termahal adalah cangkang tiram mutiara, karena ketersediannya langka. Dia harus memesan khusus ke para pembudidaya mutiara di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Cangkang tiram diproduksi menjadi hiasan dinding seperti berbentuk ikan. Harga jualnya paling fantastis yakni hingga Rp 6 juta per item.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jamilah bekerja sama dengan banyak pengepul kerang dari seluruh pesisir. Pengepul terjauhnya berada di Papua. Menurutnya, dia harus punya banyak jaringan pengepul karena kerang tergolong susah didapat. Tidak tiap minggu dia mendapat pasokan kerang. “Pernah pasokan kerang kosong berbulan-bulan,” kata perempuan berkerudung ini.

Untuk mensiasati kosongnya bahan baku, Jamilah tak pernah menolak pasokan kerang. Dia mengharapkan daerah-daerah seperti Papua sebagai pemasok utama. Sebab di Papua, kerang-kerang yang telah mati belum diolah. Berbeda dengan Jawa, kerajinan kerang kini mulai bertumbuhan dimana-mana.

Pasar utama kerajinan kerang milik Jamilah antara lain ke Bali, Yogyakarta, dan Jakarta. Setahun dua kali, dia juga mengirim ke Italia dan Prancis melalui salah satu agen. UD Sentra Kerajinan Kerang bisa memperoleh omzet hampir Rp 50 juta per bulan.

Moncernya usaha kerajinan kerang milik Jamilah ditiru oleh pengusaha lainnya. Beberapa bekas perajin Jamilah, kini mendirikan sendiri usaha kerajinan kerang. Jamilah mencatat sudah sekitar 20 usaha yang mengikuti langkah suksesnya. Terkenalnya kerajinan kerang tersebut, akhirnya mendongkrak nama Situbondo sebagai sentra kerajinan kerang terbaik di Indonesia.

IKA NINGTYAS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

26 September 2022

Suasana lengang di sekitar Jalan Asia Afrika di kawasan pusat Kota Bandung, Ahad, 3 April 2022. Hari pertama Ramadan, kawasan ini sepi aktivitas dibanding akhir pekan biasanya yang ramai wisatawan melihat aksi cosplay berkostum unik. TEMPO/Prima Mulia
Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

Julukan Paris van Java untuk Kota Bandung mulai mencuat ketika acara Kongres Internasional Arsitektur Modern di Swiss pada Juni 1928.


Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

25 September 2022

Warga menonton festival Tari Ketuk Tilu di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat, 19 Agustus 2022.  Tari Ketuk Tilu yang merupakan cikal bakal dari Tari Jaipong tersebut ditampilkan sebagai kemeriahan peringatan HUT ke-77 Provinsi Jawa Barat yang diikuti sedikitnya 1.000 warga Jawa Barat. ANTARA/Novrian Arbi
Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

Herman Williem Daendels meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang memindahkan ibu kota kabupaten melalui surat tanggal 25 Mei 1810.


Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

12 Februari 2018

Warga Tionghoa membersihkan patung Dewa-Dewi di Klenteng Hok Tek Bio, Salatiga, Jawa Tengah, 9 Februari 2018. Ritual pembersihan patung Dewa-Dewi yang berada di klenteng yang telah berusia 146 tahun itu untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2569 yang jatuh pada 16 Februari mendatang. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

Pada Cap Go Meh, arak-arakan joli yang diikuti liong dari kelenteng-kelenteng itu ada yang melewati jalan Daendels.


Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

28 Mei 2015

Peta Jalan Raya Pos yang tertera di atas Prasasti titik 0 (nol) Kilometer pembangunan Jalan Anyer-Panarukan di Pantai Bojong, Anyer, Kabupaten Serang, Jumat, 15 Mei 2015. Jalan dikerjakan dengan sistem kerja rodi pada Pemerintahan Gubernur Jenderal HIndia Belanda yang ke-36, Herman Willem Daendels. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

Nyaris tak ada jejak kejayaan pelabuhan di ujung Jalan Raya Pos Daendels ini.


Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

27 Mei 2015

Sebuah lukisan di karoseri bak truk kayu yang melintasi Jalan Siliwangi, Pantura, Jawa Tengah,  19 Mei 2015. TEMPO/Budi Purwanto
Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

Tren lukisan di bak truk bergeser ke model stiker. Tetap khas dengan gambar nakal dan kalimat jail.


Kisah Mayat di Alas Roban

27 Mei 2015

Kawasan Alas Roban, Jawa Tengah. Tempo/Budi Purwanto
Kisah Mayat di Alas Roban

Jalan Daendels membelah Alas Roban yang terkenal angker dan rawan kejahatan. Jadi tempat pembuangan mayat.


Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

27 Mei 2015

Warung remang-remang di sepanjang Kawasan Alas Roban, Batang, Jawa Tengah. TEMPO/Budi Purwanto
Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

Prostitusi di jalur Pantura tumbuh sejak zaman Belanda. Titik lokalisasi mengikuti tempat istirahat para sopir truk.


Jembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia

27 Mei 2015

Jembatan Sembayat di kawasan Kec. Manyar, Gresik, Jawa Timur, 11 Mei 2015.  TEMPO/Aris Novia Hidayat
Jembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia

Jadi alat untuk menghukum penduduk karena jembatan tak kunjung selesai


Misteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels

27 Mei 2015

Jalan di Kawasan Cadas Pangeran, Sumedang. Tempo/Tony Hartawan
Misteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels

Korban kerja paksa pembangunan Jalan Raya Pos diperkirakan juga dikubur langsung di sekitar Cadas Pangeran.


Daendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya

27 Mei 2015

Herman Willem Daendels, Gubernur-Jenderal Hindia Belanda. Wikimedia.org
Daendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya

Di kota kelahirannya sendiri, Hattem, jejak jenderal bertangan besi ini hanya terdapat di Museum Voerman, museum sejarah Kota Hattem.