TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, Triawan Munaf mengatakan terinspirasi dengan cara Korea Selatan mempromosikan kebudayaannya.
Saat ditemui di Pameran Lukisan dan Fotografi di Korean Cultural Center, pada Kamis malam, 21 Mei 2015, Triawan berpendapat Indonesia seharusnya bisa meniru cara Korea Selatan dalam mempromosikan kebudayaannya.
Triawan Munaf berujar, kebudayaan Indonesia memang cukup kaya. Namun menurutnya ada yang kurang. “Yang kurang dari budaya kita adalah membuatnya lebih universal, bisa diterima dan bisa memberi kesejahteraan rakyat Indonesia,’ tutur ayah dari penyanyi Sherina Munaf ini.
Menurut Triawan, cara untuk menjadikan budaya Indonesia menjadi universal bukan dengan menampilkan tari-tarian tradisional, tapi dengan sesuatu yang sifatnya universal. Triawan kemudian mengambil contoh buaya K-Pop yang kini digandrungi generasi muda.
“Mereka menggunakan strategi, mengetuk pintu dengan cara-cara berkesenian yang universal dan ada warna Korea-nya. Nah, anak-anak itu tergila-gila dengan SNSD atau Super Junior," kata Triawan. "Setelah mereka tergila-gila dengan budaya K-Pop, kemudian mereka ingin tahu lebih jauh ingin mengetahui tentang kebudayaan Korea sehingga mereka bisa menarikan tarian Korea."
Triawan merasa sangat terinspirasi dengan cara Korea Selatan yang menggemparkan dunia dengan budaya K-Pop tersebut, “Indonesia harus begitu, kita harus menyerang dunia bukan dengan tari-tarian tradisional tapi dengan sesuatu yang sifatnya universal, misalnya pop Indonesia. Nah, ketika orang suka sama kita, suka keindahaannya, baru mereka mau masuk lebih dalam.”
Saat ditanya apa yang harus dilakukan untuk menguniversalkan budaya Indonesia tadi, Triawan mengatakan harus menyiapkan fondasinya terlebih dahulu. Misalnya berupa peraturan sehingga Badan Ekonomi Kreatif Indonesia bisa mendunia.
Triawan juga mengatakan bahwa langkah awal agar rencana ini bisa direalisasikan adalah dengan melengkapi data, riset dari sub Sektor Badan Ekonomi Kreatif. “Ada 16 sub sektor di sini, mulai dari musik, film, kuliner, fotografi, dan lain-lain. Kita mesti tahu dulu dimana kita sekarang berada," jelasnya.
DINI TEJA