TEMPO.CO , Kabul:Mes Aynak, sebuah situs kota Budha berusia 2 ribu tahun di Afghanistan kaya akan stupa, kuil dan monumen. Namun muncul kekhawatiran situs kota Budha akan rata dengan tanah karena sebuah perusahaan pertambangan Cina telah mengantongi izin untuk menggali cadangan tembaga di kota tempat situs itu berada.
Wilayah seluas 500 ribu meter persegi itu menampilkan corak pemukiman 5 ribu tahun Zaman Perunggu. Ia berada di daerah 25 mil sebelah tenggara Kabul dekat perbatasan Pakistan dan daerah kekuasaan Taliban, Provinsi Logar, sebuah wilayah yang menjadi rute transit utama bagi pemberontak Pakistan.
Tembaga senilai sekitar US$ 100 miliar dipercaya berada di bawah tanah kota Mes Aynak.
Lokasi tersebut, yang sampai saat ini telah digali, terdapat sekitar 600 patung Budha besar, dan lukisan dinding yang menunjukkan adegan-adegan dari kehidupan Sang Budha. Namun situs ini sangat besar dan masih banyak harta diyakini terkubur di bawahnya.
"Beberapa (orang) percaya penemuan masa depan pada situs, memiliki potensi untuk mendefinisikan kembali sejarah Afghanistan dan sejarah agama Budha sendiri," lapor tim Penyelamat Mes Aynak.
Adapun pemerintah Afghanistan dan perusahaan pertambangan milik negara Cina, Cina Metallurgical Group Corporation, berencana menggali (menambang) di daerah tersebut. "Untuk mencapai deposit, situs bersama dengan enam desa di sekitarnya harus dihancurkan," pernyataan dari lapor Arkeologi Popular.
Perusahaan dilaporkan akan menggunakan tambang terbuka yang merupakan salah satu cara yang paling merusak dari model pertambangan. Penggalian tambang sering meninggalkan jejak kehancuran, termasuk erosi, tailing, dan kontaminasi air tanah oleh bahan kimia.
Arkeolog Afghanistan Qadi Temori dan sutradara film dokumenter Amerika Brent Huffman telah bekerja sama untuk meningkatkan tekanan internasional terhadap perusahaan dan pemerintah Afghanistan. Ini upaya untuk memberi arkeolog lebih banyak waktu mengambil dan melestarikan peninggalan sebelum situs tersebut hancur.
Tim Penyelamat Mes Aynak juga telah meluncurkan kampanye perlawanan ini di IndieGoGo.
Mereka berharap Presiden Afghanistan Mohammad Ashraf Ghani menyelamatkan situs dari kehancuran melalui penunjukannya sebagai Situs Warisan Dunia Unesco.
Ditemukan pada 1964, pergolakan politik di wilayah tersebut mencegah situs dari upaya penggalian. Pada 2004, arkeolog Perancis yang kembali ke situs melaporkan bahwa banyak barang peninggalan bersejarah yang telah dijarah. Patung-patung Buddha Bamiyan di lokasi situs sempat dihancurkan dengan dinamit pada Maret 2001 oleh Taliban setelah dinyatakan sebagai berhala.
IB TIMES | MECHOS