Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perang Tomat Lembang, Ritual Buang Kebusukan Hati  

Editor

Eni Saeni

image-gnews
Warga kenakan bakul untuk menutupi wajah dan tubuhnya dari serangan warga lain dalam aksi perang tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Lembang, Bandung, (14/11). Rempug Tarung Adu Tomat  ini merupakan bagian dari prosesi adat Hajat Lembur. TEMPO/Prima Mulia
Warga kenakan bakul untuk menutupi wajah dan tubuhnya dari serangan warga lain dalam aksi perang tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Lembang, Bandung, (14/11). Rempug Tarung Adu Tomat ini merupakan bagian dari prosesi adat Hajat Lembur. TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO.CO, Bandung - Awan mendung menggelayut di langit Lembang, Kabupaten Bandung. Wajah-wajah di balik tameng siap bertempur. Buah tomat di genggaman tangan siap dilempar. Begitu lenggak-lenggok sejumlah gadis penari dan pria pembawa tandu jampana selesai, seketika itu ratusan buah tomat meluncur di udara menghujam dua kubu yang "berseteru".

Warga pun bersorak, baju peserta perang tomat belepotan dan jalan pun memerah. Awalnya kedua kubu saling melempar tomat dari jarak jauh. Lama-lama mereka saling mendekat. Sekitar satu ton tomat afkiran alias tomat yang mulai busuk dan tidak laku dijual itu langsung tandas dalam waktu 15 menit saja.

Perang tomat yang sering kita lihat di Spanyol inilah yang sangat ditunggu warga. Perang tomat ini menjadi ritual Hajat Buruan yang diakhiri dengan Rempug Tarung Adu Tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis, 14 November 2013 lalu. "Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun dari leluhur kami," kata Abah Oyot, sesepuh warga setempat.

Kepala Desa Cikidang, Ahmad, mengatakan tomat yang dipakai untuk perang adalah tomat busuk. Maknanya agar semua keburukan atau kebusukan hati manusia dibuang jauh-jauh dan dihancurkan. "Mudah-mudahan dengan hati yang bersih semua kebaikan dan kesuburan di kampung kami terus terjaga,” kata  Ahmad.

Petani setempat, Marna, 60 tahun, mengatakan perang tomat yang merupakan tradisi leluhur dilakukan karena hasil panen yang melimpah. Harga yang jatuh dari Rp 8000 per kilogram saat panen bisa Rp 1000 per kilogram. "Jadi mending tomat yang harganya anjlok itu kita pakai untuk merayakan tradisi perang tomat dan menjaga kebersamaan di antara petani," ujarnya.

Selama acara, suasana kampung meriah. Di sisi kanan kiri jalan dari mulai gapura kampung sampai panggung utama dihiasi bentangan tali dengan untaian segala jenis makanan ringan. Anak-anak selalu menunggu perang tomat usai karena mereka bisa mengambil semua jenis makanan yang digantung di sepanjang jalan kampung itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebelum prosesi perang tomat dimulai, para tetua adat dan warga menggelar upacara di mata air di Gunung Hejo, upacara hasil bumi. Mengambil air di mata air itu dan menuangkannya ke dalam teko, bejana, hingga botol plastik. Para tetua adat mendaraskan doa-doa keselamatan bumi. Lalu ada arak-arakan jampana, mengarak hasil bumi seperti sayur-mayur dan padi dengan hasil bumi sendiri. Ratusan warga mengiringi arak-arakan yang dimeriahkan juga oleh aksi kesenian badawang dan sisingaan.

“Acara ini menarik, tradisi yang harus terus dijaga dan dilestarikan," kata Kiki dan Dinda, siswa SMK yang peserta ritual adat yang menjadi penari dalam acara tersebut.

Seniman dan budayawan Mas Nanu Muda mengatakan, perang tomat menjadi bentuk pengembangan dari tradisi Hajat Buruan yang baru berjalan sejak dua tahun terakhir. Kini perang tomat menjadi ciri dari prosesi Hajat Buruan di Cikidang. "Ritual perang tomat seperti halnya prosesi sedekah bumi merupakan bentuk rasa syukur masyarakat agraris di Indonesia, khususnya di Jawa, yang terkait dengan panen melimbah dan tanah yang subur," ujarnya.

Sayang keunikan, kegembiraan, dan kemeriahan tradisi yang berlangsung setahun sekali setiap bulan Muharram ini ternoda oleh kampanye terselubung. Sejumlah calon legislatif yang hadir menyebut-nyebut nama diri dan nomor urut mereka di atas panggung. Padahal, ritual perang tomat itu tak ada hubungannya dengan politik.

PRIMA MULIA | ENI S

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

14 hari lalu

 Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI Siti Nugraha Mauludiah (kedua dari kiri) dan Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia Ina Lepel (kedua dari kanan) menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama tentang operasional Goethe-Institut di Indonesia di Goethe-Institut Jakarta, Kamis, 14 Maret 2024. Direktur Regional Goethe-Institut untuk Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru Dr Stefan Dreyer (kanan) dan Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI Ani Nigeriawati (kiri) menyaksikan penandatanganan ini. Sumber: dokumen Kedutaan Besar Jerman di Jakarta
Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

Indonesia dan Jerman menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama untuk meningkatkan dan mempromosikan hubungan budaya kedua negara.


3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

21 hari lalu

Sejumlah warga mengikuti tradisi keramas bersama di bantaran Sungai Cisadane, Kota Tangerang, Banten, Selasa, 21 Maret 2023. Tradisi keramas bersama tersebut sebagai simbol membersihkan diri menjelang Ramadan. ANTARA FOTO/Fauzan
3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

Menjelang Ramadan, masyarakat di sejumlah daerah kerap melakukan berbagai tradisi unik.


Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

53 hari lalu

Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan kompak menyindir politisasi bantuan sosial atau Bansos di depan Prabowo Subianto dalam debat Capres terakhir.


Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

53 hari lalu

Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

Segini besar anggaran dana abadi budaya yang sudah dikantongi Kementerian Keuangan sebelumnya.


Debat Capres Usung Tema Kebudayaan, Apa Harapan Budayawan, Pekerja Seni, dan Sastrawan?

56 hari lalu

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto saat mengikuti debat ketiga Calon Presiden 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, 7 January 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Debat Capres Usung Tema Kebudayaan, Apa Harapan Budayawan, Pekerja Seni, dan Sastrawan?

Debat capres terakhir, 4 Februari 2024 salah satunya mengusung tema kebudayaan. Begini harapan budayawan, pekerja seni, dan sastrawan?


Anies Baswedan Janjikan Yogyakarta sebagai Kancah Baur Budaya dalam Desak Anies, Ini Artinya

24 Januari 2024

Gubernur DIY Sri Sultan HB X menemui capres 01 Anies Baswedan di Yogyakarta Rabu (24/1). Tempo/Pribadi Wicaksono
Anies Baswedan Janjikan Yogyakarta sebagai Kancah Baur Budaya dalam Desak Anies, Ini Artinya

Anies Baswedan janji kepada warga Desak Anies di Rocket Convention Hall, Sleman, Yogyakarta. Anies menjanjikan Yogyakarta menjadi Kancah Baur Budaya.


Mengenal Apa Itu Globalisasi, Penyebab, hingga Dampaknya

23 Januari 2024

Globalisasi adalah proses integrasi dan interaksi antar negara. Ketahui pengertian globalisasi, penyebab, hingga dampaknya di artikel ini. Foto: Canva
Mengenal Apa Itu Globalisasi, Penyebab, hingga Dampaknya

Globalisasi adalah proses integrasi dan interaksi antar negara. Ketahui pengertian globalisasi, penyebab, hingga dampaknya di artikel ini.


Indonesia Terpilih Jadi Ketua Pokja Budaya dan Pariwisata ASEAN Korea Centre

18 Januari 2024

Indonesia terpilih memimpin Kelompok Kerja Pariwisata dan Budaya ASEAN Korea Centre periode 2024. Sumber: dokumen KBRI Seoul
Indonesia Terpilih Jadi Ketua Pokja Budaya dan Pariwisata ASEAN Korea Centre

Indonesia terpilih untuk menjadi Ketua Pokja Budaya dan Pariwisata ASEAN Korea Centre dari 11 perwakilan negara anggota ASEAN di Seoul


Ganjar Pranowo Sebut Potensi Viralisme di Ekspor Budaya Populer, Apa Maksudnya?

7 Januari 2024

Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo memberikan keterangan saat mengikuti debat ketiga Calon Presiden 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, 7 January 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Ganjar Pranowo Sebut Potensi Viralisme di Ekspor Budaya Populer, Apa Maksudnya?

Ganjar Pranowo mengatakan budaya populer nusantara dapat dipromosikan lebih luas melalui teknologi digital, yaitu viralisme.


Sandiaga Dorong Budaya Indonesia Go International: Lagu Dangdut Banyak Disetel di Korea Selatan

30 November 2023

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memberikan keterangan pers usai acara peringatan Hari Ekonomi Kreatif Nasional di Balairung Soesilo Soedarman, Kemenparekraf, Jakarta pada Selasa, 24 Oktober 2023. TEMPO/Ami Heppy
Sandiaga Dorong Budaya Indonesia Go International: Lagu Dangdut Banyak Disetel di Korea Selatan

Menparekraf Sandiaga Uno mengklaim bahwa masyarakat Korea Selatan juga mulai menggemari budaya Indonesia atau I-Pop.