TEMPO.CO,Halmahera Barat - Serat kulit kelapa, korek api, dan bambu hijau sepanjang lima ruas atau sekira 3 meter sudah tersedia di pasir Pantai Susupu, Kecamatan Sahu Timur, Kabupaten Halmahera Barat. Bersama enam orang, Tempo mendekati dan mengangkat bambu itu. Kami taruh bambu di atas lengan dan memeluknya dengan dua tangan di depan dada.
Lalu seorang pawang, Syarif Alif, menyulut api dari korek ke serat kelapa. Sejurus kemudian, serabut mengeluarkan asap. Syarif mulai berkomat-kamit. “Wala yatalattaf wayus fir'aun...” Itulah sekelumit mantra yang dirapal Syarif sambil mengasapi ujung bambu dengan serabut kelapa.
“Bara masuen (bambu gila),” teriak Syarif. “Dadi gogo (benar-benar jadi),” jawab pemeluk bambu.
Kemudian bambu mulai terasa berat. Seperti hidup dan ingin berontak dari pelukan tangan, selongsong itu menarik dan mendorong Tempo serta pemeluk lainnya. Bambu hijau menggila, memaksa kami mengeluarkan tenaga ekstra untuk melawannya. Sampai akhirnya kami harus mengakui kekuatan bambu, Syarif kembali menjampi. Kekuatan bambu pun menghilang. Kami kelelahan.
Bambu gila. Itulah nama permainan rakyat ini. Dulu, di masa Kesultanan Ternate, penduduk menggunakan bambu gila untuk mendorong perahu kora-kora dari daratan ke laut. Beberapa orang, jumlahnya harus ganjil, mengapit bambu di lengan mereka dan berdiri di belakang kapal. Dengan jampian pawang, bambu pun memiliki kekuatan untuk mendorong kora-kora.
“Mantranya campuran bahasa daerah dan doa, bisa dari Al-Quran atau Injil,” kata Syarif.
Kekuatan bambu tidak hanya datang dari rapalan pawang, tapi juga dipengaruhi asap. Makin banyak asap, semakin besar juga kekuatan si bambu. Asap itu bisa berasal dari serabut kelapa, rokok, atau kemenyan. Dan si pawanglah yang mengatur pergerakan bambu. Ke arah mana si pawang memberikan asap, di situlah kekuatan terbesar bambu.
Pada mulanya bambu gila memang untuk mendorong kapal. Tapi, sejak ada teknologi, tradisi ini mulai ditinggalkan. Alih-alih, masyarakat menjadikan bambu gila sebagai permainan rakyat menjelang bulan Ramadan atau seusai Idul Fitri. Filosofinya adalah mengasah kerja sama dan kekompakan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan.
Kalau ingin merasakan kegilaan bambu di Halmahera Barat, Anda bisa mengikuti Festival Teluk Jailolo pada 17-19 Mei 2012. Dan bukan cuma bambu gila yang ada di perhelatan wisata tahunan itu. Dinas Pariwisata Kabupaten Halmahera Barat juga menggelar paket wisata menyelam dan memancing ikan cakalang. “Nantinya juga ada acara makan adat, horom toma sasadu,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Halmahera Barat Fenny Kiat.
Permainan bambu gila selesai, bersamaan dengan tenaga yang terkuras habis. Ruas bambu juga telah membeset lengan Tempo hingga meninggalkan bercak merah. Meski begitu, pengalaman bergulat dengan bambu gila cukup mengasyikan dan patut Anda coba.
CORNILA DESYANA