TEMPO.CO, Makassar - Tokoh kartun Doraemon selalu berhasil membuat orang tertawa. Seperti yang dirasakan Qania Putri saat menonton Cinema Doraemon di Trans City Theatre, Trans Studio Makassar, Minggu, 1 April 2012. Gelak tawanya terdengar berlomba-lomba dengan puluhan anak lainnya kala Doraemon bertingkah lucu dan menggemaskan.
Cinema Doraemon banyak menceritakan “rahasia” seorang Doraemon, yang biasanya hanya diketahui oleh para penggemar beratnya, misalnya tokoh ini awalnya berwarna kuning serta memiliki telinga seperti kucing.
Baca Juga:
Cerita bermula saat Sewashi, cicit dari Nobita yang telah membeli Doraemon dari sebuah pasar robot, memerintahkan robot tikus untuk memperbaiki bentuk telinga pada boneka yang dibuatnya. Namun robot tikus ini salah menangkap perintahnya dan menganggap Doraemon adalah boneka yang dimaksud.
Robot tikus itu pun melompat ke telinga Doraemon dan mengigit-gigitnya hingga rusak. Ini sebabnya Doraemon jadi satu-satunya robot kucing yang sangat takut terhadap tikus. Doraemon kemudian dilarikan ke rumah sakit khusus robot dan akhirnya telinganya hilang sehingga kepalanya menjadi bulat dan mengkilap.
Orang-orang di sekitarnya pun menertawai bentuk Doraemon baru yang lucu itu. Sedih karena selalu diejek, Doraemon pergi untuk menyendiri dan meminum sebuah cairan dalam botol bertuliskan “Cairan Kesedihan” yang ia dapat dari kantong ajaibnya. Efeknya ternyata membuat kesedihan Doraemon semakin menjadi-jadi. Ia menangis terus-menerus hingga akhirnya warnanya berubah menjadi biru dan suaranya berubah jadi parau karena terlalu banyak menangis.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya semua menerima keadaan Doraemon. Bahkan Sewashi memuji dan lebih menyukai penampilan barunya.
Sepanjang film, perasaan anak-anak dibawa naik-turun. Kadang tertawa terpingkal-pingkal, kadang pula merasa terharu melihat kebaikan dan pengorbanan Doraemon.
Pemutaran film yang belum pernah ditayangkan di televisi ini merupakan rangkaian acara dari Keajaiban Dunia Doraemon yang berlangsung hingga 30 April 2012 mendatang. Setelah pemutaran film, anak-anak diajak berkeliling dunia bersama Doraemon dan kawan-kawan. Badut Doraemon yang hanya setinggi anak-anak ini mengajak para pengunjung menjelajahi negeri India, Cina, Rusia, Skotlandia, kemudian berakhir di Makassar.
Di setiap negara, Doraemon dan kawan-kawan secara bergantian menjelaskan ciri khas masing-masing, mulai dari musik, pakaian, tarian, juga keunikan lain dari setiap daerah. “Di Skotlandia, baju prianya sangat unik,” ujar Doraemon dari atas panggung sekitar 15 meter. Anak-anak dengan saksama kemudian memperhatikan baju yang dikenakan si penari pria.
Setelah berkeliling dunia, anak-anak pun diajak untuk bersama-sama memperagakan goyangan Dancing Around The World. Gerakannya mudah dan gampang untuk ditiru oleh anak-anak. Walau tokoh Doraemon tidak bisa mengikuti goyangan itu dengan baik karena kostum yang rumit, anak-anak tetap bahagia, tertawa lepas menggoyangkan tangan dan kaki, serta berputar ke kiri dan ke kanan.
Selain itu, pengunjung dapat menyinggahi Doraemon World 3D Cinema yang membawa si kecil berkeliling memasuki pabrik Doraemon. “Di sini pengunjung bisa melihat awal mulanya Doraemon dibuat,” kata perwakilan Animation International, Helena Irma Kusumawati. Bahkan pengunjung dapat melihat langsung kamar Nobita, lengkap dengan meja belajar yang di lacinya terdapat mesin waktu.
Hanya, sangat disayangkan, saat penampilan perdana, animasi 3D-nya belum lengkap. “Kami masih menunggu perlengkapan lainnya tiba di Makassar,” kata Helena. Semua arena permainan memang langsung didatangkan dari Jepang. Dan Makassar merupakan kota pertama dari 20 kota besar lainnya di Indonesia yang akan disinggahi oleh Doraemon.
Doraemon World 3D Cinema ini juga menghadirkan ruang tamu Suneo, yang selalu menjadi pilihan Nobita dan kawan-kawan untuk bermain di sore hari jika cuaca di luar sedang tidak mendukung. Begitu pun dengan lapangan yang selalu menjadi tempat main mereka, lengkap dengan gambar susunan pipa beton di salah satu sisi dinding. Semuanya tentu akan dengan mudah dikenali, bahkan oleh mereka yang hanya menonton beberapa seri kartunnya. “Kami berusaha mengajak anak-anak untuk mewujudkan imajinasinya tentang Doraemon. Dan kali ini ditampilkan dalam ukuran yang cukup besar,” katanya.
Untuk pemutaran film Doraemon, Fun World Area, dan Dancing Around The World akan berlangsung setiap pukul 16.00 pada hari Senin hingga Jumat. Sedangkan pada akhir minggu akan diadakan dua kali, yaitu pukul 13.00 dan 16.00. “Ini merupakan event yang berlangsung setiap hari,” kata Nurul Kartika, General Manager Marketing Jakarta.
Setiap hari akan ada beberapa rangkaian kegiatan interaktif, seperti mempelajari kebudayaan Jepang, lomba mewarnai, dan tak lupa lomba menyanyikan lagu tema Doraemon dalam berbagai versi bahasa. “Kami menargetkan pengunjung selama bulan April mencapai 50 ribu pengunjung,” katanya.
Akhir Kisah Doraemon
Bapak "Doraemon" Fujiko F. Fujio tidak menuliskan cerita akhir kisah petualangan Doraemon. Jadi para penggemarnya berinisiatif untuk membuat cerita akhir dengan versi yang beragam.
Melihat banyaknya versi yang bermunculan dan dikhawatirkan dapat merusak kenangan para pembacanya, maka dikeluarkanlah versi resmi oleh majalah yang memiliki hak cetak atas Manga Doraemon.
1. Majalah Shogaku 4 pada 1971 menceritakan bahwa perjalanan waktu telah dilarang oleh pemerintah pada abad ke-22 karena telah menciptakan berbagai masalah yang berpotensi mengganggu siklus waktu. Doraemon pun terpaksa kembali ke masanya dan meninggalkan Nobita seorang diri.
2. Setahun kemudian, masih di majalah yang sama, diceritakan bahwa Doraemon harus kembali ke abad 22. Agar Nobita membolehkannya pergi, Doraemon terpaksa berbohong dengan mengatakan bahwa ia mengalami masalah mekanik yang mengharuskannya diperbaiki pada abad ke-22. Namun, melihat Nobita ternyata dapat mengikhlaskannya pergi, Doraemon pun memberitahukan alasan sebenarnya dan mereka akhirnya berpisah.
3. Versi ketiga pada 1973 menceritakan Doraemon meminta izin kepada Nobita untuk kembali ke zamannya. Awalnya, Nobita menolaknya, tapi akhirnya ia berubah pikiran ketika berdiskusi dengan ayah dan ibunya. Sebagai kenangan terakhir, Nobita mengajak Doraemon berjalan-jalan. Tiba-tiba mereka bertemu dengan Gian, yang seperti biasa selalu mengganggu Nobita. Agar Doraemon tidak khawatir meninggalkannya, Nobita memutuskan untuk menghadapi Gian. Setelah berkelahi beberapa lama, Gian pun menyerah karena Nobita juga tak mau mundur. Melihat kesungguhan Nobita, Doraemon pun pergi pada saat Nobita sedang tertidur.
KAMILIA