TEMPO.CO, Yogyakarta - Nasi goreng adalah makanan yang begitu populer di telinga. Maklum, sajian kuliner yang satu ini hampir bisa ditemui di mana saja. Di warung tepi jalan, gerobak dorong penjaja keliling, hingga restoran dan hotel mewah. Variannya pun beragam, seperti nasi goreng seafood, nasi goreng Jawa, nasi goreng mawut, nasi goreng petai, dan masih banyak lagi.
Di Kota Yogyakarta, ada jugaNasi Goreng Pliket, seperti yang disediakan di warung sate kambing Pak Dakir di Jalan H O.S. Cokroaminoto 75. Tepatnya di seberang Pasar Klitikan Pakuncen. Mendengar kata pliket, kita akan membayangkan nasi goreng ini lembek dan lengket. Ya, dalam bahasa Jawa, pliket memang berarti 'lengket.'
Sekilas, tak ada yang berbeda dari nasi goreng ini. Nasi disajikan saat masih panas serta ditaburi irisan tomat, kubis, dan bawang goreng. Namun, dari suapan pertama, Anda akan merasakan bedanya. Nasi terasa lebih gurih dan sedikit berlemak serta lengket di lidah. Hmm... nikmat. Aromanya pun harum karena digoreng di atas tungku arang.
Shofiyah, 57 tahun, pengelola warung, mengatakan cita rasa lengket pada nasi goreng berasal dari sumsum tulang kambing yang dicampur saat memasaknya. Cara itu pula yang membuat sedapnya bumbu meresap sempurna pada nasi. "Dalam bahasa Jawa, sumsum ini disebut lodhok," katanya, Kamis petang lalu.
Jika Anda bukan penggemar masakan manis, tak perlu sungkan memesan tingkat kepedasan nasi goreng ini sesuai dengan selera. Namun biasanya Shofiyah akan lebih dulu menawarkan seberapa pedas nasi goreng yang diinginkan pembeli sebelum menggorengnya.
Seperti namanya, warung sate, menu yang ditawarkan warung ini tak hanya Nasi Goreng Pliket. Ada pula sate kambing, tongseng, dan gulai. Dibuka oleh Dakir, yang telah meninggal pada 1992, warung ini berdiri sejak 1966. Meski telah berdiri selama puluhan tahun, nama Nasi Goreng Pliket baru muncul sejak empat tahun lalu.
"Menu nasi gorengnya sudah ada sejak lama, tetapi dikasih nama pliket sejak 2007," kata Shofiyah yang juga anak keempat Dakir.
Menurut dia, kata pliket tersemat pada nasi goreng itu setelah warungnya disambangi Bondan Winarno, pembawa acara kuliner di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Sensasi lengket pada nasi-lah yang membuat menu ini lantas disebut Nasi Goreng Pliket
Selain itu, nasi goreng ini dikenal dengan nama Nasi Goreng Butet. Itu lantaran menu tersebut menjadi favorit Butet Kertaradjasa, seniman teater asal Yogyakarta. "Dia (Butet) langganan makan nasi goreng ini sejak masih SMP," kata Shofiyah yang mulai membantu orang tuanya sejak berusia 11 tahun mengenang.
Menu lain yang terdengar asing di telinga di warung ini adalah Gulai Goreng. Masakan ini terdiri dari jeroan kambing (babat, usus, dan paru) yang digoreng kering. Disajikan dalam siraman kuah gulai, rasanya gurih dan sedikit legit di lidah. Gurih karena daging digoreng dan legit karena daging dibacem sebelum digoreng.
"Unik di lidah, lumayan lezat," kata Megawati Tarigan, 25 tahun, pembeli yang mampir di warung itu, Kamis lalu.
Harga makanan di warung ini terbilang murah. Untuk seporsi Nasi Goreng Pliket, Shofiyah memasang banderol harga Rp 11 ribu. Adapun untuk seporsi Gulai Goreng, Anda cukup merogoh kocek Rp 8.000.
Bagi Budi Heliyadi, 59 tahun, pelanggan warung ini sejak 1970, rasa daging pada tiap masakan di warung tersebut begitu kuat. Bumbunya pas meresap. Rasa yang lezat serta harga yang murah membuat warung ini selalu meriah. Tak mengherankan jika sejak dibuka pukul 16.30 hingga 22.00 WIB, warung dengan kapasitas tempat duduk hingga 30-an orang itu tak pernah sepi pembeli.
l ANANG ZAKARIA
SELERA
Warung Sate Kambing Pak Dakir
Jalan H O.S. Cokroaminoto 75, Kota Yogyakarta
Buka pukul 16.30-22.00 WIB
HARGA MENU
Sate Daging: Rp 9.000
Sate Ati: Rp 9.000
Sate Campur: Rp 9.000
Nasi Goreng (biasa): Rp 9.000
Nasi Goreng Pliket: Rp 11.000
Gulai Goreng: Rp 8.000