TEMPO.CO:- Sepotong tulang sapi tersaji dalam mangkuk dengan kuah sup yang bening berisi potongan wortel, kentang, daun bawang, tomat, bawang goreng, serta potongan kecil daging sapi. Penampilannya membuat mata terbelalak. Betapa tidak, saking besarnya tulang, mangkuk yang mewadahinya tak kuasa menampungnya. Itulah sup sumsum sapi, salah satu menu andalan di resto Rumah Sumsum, yang berada di Jalan Lawang Gintung No. 21, Bogor, Jawa Barat
Cara menikmati menu ini menjadi sensasi lainnya. Sumsum sengaja tak dikeluarkan dari tulang sepanjang 20 sentimeter itu, untuk memberi kesempatan bagi pelanggan meraih sendiri kenikmatannya. Disediakan sedotan bagi yang ingin lebih mudah mendapatkannya dengan cara diseruput.
Seperti namanya, resto ini unik karena menyediakan semua masakan berbahan sumsum sapi. Sangat jarang ada resto khusus menyediakan menu serba sumsum seperti ini. Selain sup, ada sate sumsum, pepes sumsum, nasi bakar sumsum pedas, dan goreng sumsum. Bagi yang tidak suka sumsum, tak usah khawatir. Resto yang terletak 300 meter dari Istana Batutulis ini juga menyediakan sup buntut goreng, sate jantung kambing, sate lidah, atau paket nasi Sunda.
Sup sumsum dan nasi bakar sumsum pedas adalah dua menu andalan dari sekitar 10 menu yang tersedia. Nasi bakarnya berukuran tidak terlalu besar, disajikan di atas piring dengan potongan bawang merah, cabai merah, dan sambal kacang. Ketika daun pisang pembungkusnya dibuka, terlihat nasi merah yang berminyak. Di tengah nasi terdapat sumsum sangat lembut.
Memasuki resto ini, pelanggan bakal disuguhi bebunyian khas, yakni suara gerinda yang memotong tulang-tulang sapi. Di balik dapur, karyawan resto sibuk memotong tulang tungkai sapi itu. Setelah dipilah dan dibersihkan, tulang tanpa daging itu lantas dikukus dalam wajan besar hingga matang.
“Hanya tulang yang dimasak. Sama sekali tak ada dagingnya. Hanya sumsumnya yang diambil. Untuk mengolahnya, butuh perjuangan,” kata Rian Priatna, pegawai senior Rumah Sumsum Bogor.
Di rumah makan milik Riki Febrian yang mantan koki hotel ternama ini, ada menu andalan lain yang mungkin membuat Anda merasa rugi jika tak mencobanya, yakni sumsum goreng. Sumsum tidak langsung digoreng, melainkan dicampur dalam adonan tepung sehingga terasa seperti nugget.
Ide awal membuat makanan berbahan utama sumsum, Rian menambahkan, ketika sang pemilik masih bekerja di hotel. Saat itu tulang-tulang sapi di tempatnya bekerja hanya menjadi langganan tong sampah. Akhirnya, Riki mencoba memanfaatkan tulang tersebut dengan mengambil sumsumnya, yang kemudian diolah menjadi beragam menu makanan.
“Hasilnya, sejak tiga tahun lalu Rumah Sumsum di Bogor ini mulai dibuka dengan menu utama sumsum. Alhamdulillah banyak penyuka kuliner yang ketagihan,” ujar Rian.
Menu minumannya juga banyak pilihan. Ada es bubur sumsum yang berisi bubur sumsum, nangka, mutiara merah, santan, atau gula jawa ditambah bongkahan es. Minuman ini terasa segar, terutama setelah menyantap sup sumsum yang hangat dan nasi bakar sumsum pedas. Minuman khas lainnya adalah es bandrek kelapa, yang disajikan di dalam kelapa muda, yang segar di lidah dan hangat di tenggorokan.
Untuk urusan harga, tak usah khawatir Anda merogoh kocek dalam-dalam. Satu porsi sup sumsum yang disajikan dengan kuah sup dan sayuran ini hanya dibanderol Rp 25 ribu. Sedangkan sate sumsum yang disajikan dengan dengan bumbu kacang ataupun bumbu kecap cukup dibayar Rp 21.500.
“Harga bersahabat, karena kami ingin bersahabat dengan pencinta kuliner,” Rian mengungkapkan.
l ARIHTA U SURBAKTI