TEMPO.CO , Jakarta - Sjahrial Djalil, pemilik Museum di Tengah Kebun, mempunyai ribuan koleksi barang bersejarah, sekitar 4.000 benda dari pelbagai penjuru dunia. Dari jumlah itu dua ribuan benda dia pamerkan pada museumnya di Jalan Kemang Timur Raya Nomor 66, Jakarta Selatan.
Kata Sjahrial, banyak orang pemerintah yang berperan sebagai pengurus museum datang berkunjung ke tempatnya. Beberapa di antara mereka bahkan ada yang berminat memajang koleksi Sjahrial pada museum pemerintah. Tapi dia menolak mentah-mentah keinginan itu. "Jangan sampai benda bersejarah ini jatuh ke tangan pemerintah," kata Sjahrial, 2 Maret 2012. "Saya benci dengan pemerintah, mereka pencuri barang bersejarah."
Menurut Sjahrial, banyak barang sejarah bernilai tinggi yang hilang di museum-museum pemerintah. Bukan karena dicuri orang luar, dia melanjutkan, tapi dijual oleh pengelola museum.
Pria 72 tahun itu sendiri mendapat ribuan benda kuno dari balai lelang Christie di New York, Amerika Serikat. Dari Christie, Sjahrial mendapat beragam koleksi dengan harga berbeda-beda. Ada yang seharga US$ 50 atau setara dengan Rp 500 ribu sampai miliaran rupiah.
Dan inilah beberapa koleksi pribadi Sjahrial Djalil.
1. Wadah kuda Troika berasal dari Myanmar pada akhir abad ke-19. Wadah ini berbentuk tiga kuda yang saling berdempet. Pada kanan-kiri badan kuda, terukir penari yang tengah meliukkan badan. Mirip sebuah peti, wadah kuda ini dapat diangkat bagian atasnya. "Pada masa itu sangat jarang wadah berbentuk seperti kuda Trioka ini," kata pemandu museum, Mirza Djalil.
2. Tempat minum arak perunggu. Tempat minum yang hanya digunakan para raja dan keluarga bangsawan ini berasal dari Cina pada masa Dinasti Zhow, abad ke-10 sebelum masehi.
3. Patung kayu Afrika setinggi 30 sentimeter. Patung kayu ini berasal dari Pantai Gading di awal abad ke-20. Tanpa mengenakan busana di badan sisi atas dan ukiran kain semacam cawat pada bagian bawah, patung ini berfungsi sebagai alat pemujaan.
4. Patung marmer putih Julius Caesar. Sekitar abad ke-19, di Italia, Roma, ada tren memahat patung dari batu marmer yang menampilkan wajah orang-orang penting. Satu tokoh yang dianggap layak untuk diukir pada marmer adalah Julius Caesar. Namun patung yang ada pada Museum di Tengah Kebun bukanlah hasil pahatan utama dari abad ke-19. Melainkan sebuah salinan di masa itu.
5. Ikon wafatnya Bunda Maria Benda bersejarah satu ini merupakan ikon Rusia yang besar. Sebelum revolusi Bolshevik, hampir tiap warga Rusia menaruh ikon ini pada altar atau dinding rumah mereka. Dan ikon yang dimiliki Sjahrial ini berasal dari abad ke-19.
6. Arca Shabti Shabti atau Ushabti adalah figur yang disertakan untuk menemani jasad orang meninggal dunia. Berdasarkan Buku Kematian Bab 6, Ushabti berarti dia yang menjawab. Ushabti ditaruh dalam peti mati untuk menjadi pelayan orang yang meninggal dunia itu. Ushabti milik Sjahrial berasal dari Mesir pada 664 sebelum Masehi.
7. Patung Humpantong. Humpantong adalah patung dari kayu besi atau kayu ulin yang digunakan masyarakat Dayak untuk pemujaan. Berasal dari Kalimantan pada akhir abad ke-19, Humpantong juga digunakan sebagai representasi individu yang meninggal dunia, yakni untuk melindungi masyarakat Dayak dari pelbagai bahaya dan petaka.
8. Patung ibu dan bayi. Patung yang satu ini berasal dari daerah pesisir selatan Papua Barat pada abad ke-20. Digunakan oleh suku Asmat, pahatan ini menampilkan sosok ibu bercawat dan anting-anting yang sedang menyusui anaknya.
9. Piring sushi. Penganan sushi bukan jenis makanan baru. Sejak abad belasan, masyarakat Jepang sudah mengenal dan mengkonsumsi sushi. Satu bukti sushi telah ada sejak dulu adalah piring sushi koleksi Museum di Tengah Kebun yang berasal dari abad ke-19. Berbentuk seperti sampan, piring ini terbuat dari keramik dan bercorak tokoh birokrasi Jepang, burung puyuh, serta pohon.
10. Thanka untuk altar. Thanka adalah lukisan sutra untuk pemujaan warga Tibet. Biasanya obyek pada lukisan adalah Buddha, bidhisatwa, dan tokoh suci lainnya. Berasal dari awal ke-19, Thanka yang dimiliki museum bergambar Avalokitswara bertangan delapan dan sebelas muka.
Untuk mengelola seluruh barang bersejarah miliknya, Sjahrial menyerahkannya ke Yayasan Museum di Tengah Kebun. Yayasan ini, kata Sjahrial, dipegang oleh Syafii Ma'arif, Imam Prasodjo, dan Faisal Basri.
Sedangkan untuk pembiayaan, Sjahrial merogoh koceknya sendiri. "Saya memiliki sejumlah investasi di luar negeri untuk pembiayaan museum ini hingga belasan tahun mendatang," kata Sjahrial.
CORNILA DESYANA