Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menyusuri Sejarah Marinir di Pantai Jalur Daendels

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Pantai Pasir Putih merupakan salah satu tujuan wisata di Situbondo, Jawa Timur, 15 Mei 2015. Pantai ini merupakan tempat wisata tertua di tepi Jalan Raya Pos Daendels. TEMPO/Ika Ningtyas
Pantai Pasir Putih merupakan salah satu tujuan wisata di Situbondo, Jawa Timur, 15 Mei 2015. Pantai ini merupakan tempat wisata tertua di tepi Jalan Raya Pos Daendels. TEMPO/Ika Ningtyas
Iklan

TEMPO.CO, Tegal - Sebuah tank bertipe Plavayushchiy Tank 76 (PT-76) menyambut wisatawan yang hendak mengisi liburan di Pantai Alam Indah (PAI) Kota Tegal. Moncong meriam kendaraan tempur berlapis baja itu tepat mengarah ke gerbang tempat pemungutan retribusi (TPR).

Tidak perlu takut. Tank milik Marinir-TNI Angkatan Laut itu adalah salah satu koleksi Monumen Bahari yang berada di dalam kawasan obyek wisata Pantai Alam Indah (PAI). Dalam prasastinya dijelaskan tank buatan Rusia pada 1961 itu pernah dipakai dalam operasi Tri Komando Rakyat (Trikora), Timor-Timur, Gerakan Operasi Militer Aceh, dan lain-lain.

Monumen Bahari diresmikan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdjiatno, Wali Kota Tegal Adi Winarso, dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Rustriningsih pada 20 Desember 2008. Bangunan fisik monumen seluas 5.000 meter persegi itu menyerupai kapal perang haluan menghadap ke selatan.

Layaknya kapal tempur sungguhan, bangunan haluan Monumen Bahari itu juga dilengkapi jangkar besar dan rantai. Tinggi jangkarnya mencapai dua meter. Jangkar dan rantai buatan Amerika pada 1957 itu pernah dipasang pada kapal perang (KRI) Jayawijaya yang juga buatan Amerika.

Di belakang bangunan haluan Momunen Bahari terdapat dua senjata pertahanan udara. Pertama, senjata anti-serangan udara jenis Mounting Sea Cat buatan Belanda pada 1963, lengkap dengan empat peluru kendali (rudal). Kedua, meriam kaliber 85 milimeter versi darat buatan Rusia pada 1963.

Adapun bangunan dua lantai di tengah monumen, yang bentuknya mirip ruang kemudi kapal tempur, belum bisa diakses wisatawan. “Masih kosong soalnya,” kata salah satu petugas TPR PAI, Giarto, pada Jumat, 14 Mei 2015. Kendati demikian, wisatawan masih bisa meneruskan perjalanan menyusuri “geladak” monumen bagian belakang.

Selain senjata anti-serangan udara Mounting Sea Cat lengkap dengan empat rudal, belakang Monumen Bahari juga terpasang lima torpedo (senjata bawah air yang diluncurkan kapal selam), dan dua ranjau tanduk buatan Rusia pada 1962. Di anjungan museum, terdapat sebuah pesawat Nomad dan kendaraan tempur Pintam BRDM.

Dalam prasastinya, pesawat Nomad buatan Australia pada 1974 itu pernah dipakai Marinir sebagai pesawat intai. Adapun kendaraan tempur Pintam BRDM yang mirip tank namun beroda empat ban utama dan empat ban samping itu buatan Rusia pada 1960.

Untuk menyusuri Monumen Bahari, wisatawan tidak dipungut retribusi lagi. “Gratis. Cukup membayar tiket masuk PAI saja,” kata Giarto. Di hari biasa, tiket masuk PAI hanya Rp 500 untuk anak-anak dan Rp 1.000 untuk orang dewasa. Di hari libur, tiket masuk untuk anak-anak Rp 1.000 dan Rp 1.500 untuk orang dewasa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, Seni Budaya, dan Pariwisata Kota Tegal, Sony Sontany, mengatakan murahnya tiket masuk PAI itu sudah termasuk premi asuransi Rp 300 per orang. “PAI itu obyek wisata termurah di Pantura karena perda (tentang retribusi) belum direvisi,” kata Sony pada Sabtu, 15 Mei 2015.

Setelah puas berfoto di Monumen Bahari yang memajang sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista) bekas sumbangan TNI AL, wisatawan bisa menyeberang jalan menuju wahana Water Boom. Di hari biasa, tiket masuknya Rp 4.000 untuk anak-anak dan Rp 6.000 untuk orang dewasa. Khusus pada hari libur, tiketnya naik Rp 2.000.

Sayangnya, wahana dengan dua perosotan itu tidak dibuka setiap saat. “Biasanya baru buka pada sore,” kata Sony. Rencananya, kolam ikan di selatan wahana Water Boom akan dimanfaatkan untuk wahana sepeda air. “Realisasinya akhir tahun ini,” kata Sony.

Sony menambahkan, Pemerintah Kota Tegal bekerjasama dengan Pangkalan TNI AL Tegal untuk “menghidupkan” gedung Monumen Bahari dengan sejumlah koleksi baru pada akhir 2015. Koleksi baru itu seperti foto-foto lawas yang menggambarkan cikal bakal pembentukan TNI AL di Tegal, buku-buku sejarah, hingga miniatur kapal-kapal perang.

Setelah menyusuri Monumen Bahari atau bermain air di Water Boom, wisatawan bisa menikmati angin laut di kursi-kursi taman pada pantai sepanjang 600 meter yang teduh oleh rimbunnya pohon cemara. Warung-warung makan berderet rapi, menyajikan beraneka ragam menu dengan harga murah.

Obyek wisata Pantai Alam Indah sangat mudah diakses karena gerbangnya tepat berada di pinggir Jalur Pantura Jalan Yos Sudarso, Kota Tegal, atau sekitar 500 meter di timur Pelabuhan Tegal. Jarak gerbang itu dengan pos TPR PAI hanya sekitar 500 meter.

DINDA LEO LISTY

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

26 September 2022

Suasana lengang di sekitar Jalan Asia Afrika di kawasan pusat Kota Bandung, Ahad, 3 April 2022. Hari pertama Ramadan, kawasan ini sepi aktivitas dibanding akhir pekan biasanya yang ramai wisatawan melihat aksi cosplay berkostum unik. TEMPO/Prima Mulia
Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

Julukan Paris van Java untuk Kota Bandung mulai mencuat ketika acara Kongres Internasional Arsitektur Modern di Swiss pada Juni 1928.


Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

25 September 2022

Warga menonton festival Tari Ketuk Tilu di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat, 19 Agustus 2022.  Tari Ketuk Tilu yang merupakan cikal bakal dari Tari Jaipong tersebut ditampilkan sebagai kemeriahan peringatan HUT ke-77 Provinsi Jawa Barat yang diikuti sedikitnya 1.000 warga Jawa Barat. ANTARA/Novrian Arbi
Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

Herman Williem Daendels meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang memindahkan ibu kota kabupaten melalui surat tanggal 25 Mei 1810.


Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

12 Februari 2018

Warga Tionghoa membersihkan patung Dewa-Dewi di Klenteng Hok Tek Bio, Salatiga, Jawa Tengah, 9 Februari 2018. Ritual pembersihan patung Dewa-Dewi yang berada di klenteng yang telah berusia 146 tahun itu untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2569 yang jatuh pada 16 Februari mendatang. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

Pada Cap Go Meh, arak-arakan joli yang diikuti liong dari kelenteng-kelenteng itu ada yang melewati jalan Daendels.


Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

28 Mei 2015

Peta Jalan Raya Pos yang tertera di atas Prasasti titik 0 (nol) Kilometer pembangunan Jalan Anyer-Panarukan di Pantai Bojong, Anyer, Kabupaten Serang, Jumat, 15 Mei 2015. Jalan dikerjakan dengan sistem kerja rodi pada Pemerintahan Gubernur Jenderal HIndia Belanda yang ke-36, Herman Willem Daendels. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

Nyaris tak ada jejak kejayaan pelabuhan di ujung Jalan Raya Pos Daendels ini.


Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

27 Mei 2015

Sebuah lukisan di karoseri bak truk kayu yang melintasi Jalan Siliwangi, Pantura, Jawa Tengah,  19 Mei 2015. TEMPO/Budi Purwanto
Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

Tren lukisan di bak truk bergeser ke model stiker. Tetap khas dengan gambar nakal dan kalimat jail.


Kisah Mayat di Alas Roban

27 Mei 2015

Kawasan Alas Roban, Jawa Tengah. Tempo/Budi Purwanto
Kisah Mayat di Alas Roban

Jalan Daendels membelah Alas Roban yang terkenal angker dan rawan kejahatan. Jadi tempat pembuangan mayat.


Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

27 Mei 2015

Warung remang-remang di sepanjang Kawasan Alas Roban, Batang, Jawa Tengah. TEMPO/Budi Purwanto
Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

Prostitusi di jalur Pantura tumbuh sejak zaman Belanda. Titik lokalisasi mengikuti tempat istirahat para sopir truk.


Jembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia

27 Mei 2015

Jembatan Sembayat di kawasan Kec. Manyar, Gresik, Jawa Timur, 11 Mei 2015.  TEMPO/Aris Novia Hidayat
Jembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia

Jadi alat untuk menghukum penduduk karena jembatan tak kunjung selesai


Misteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels

27 Mei 2015

Jalan di Kawasan Cadas Pangeran, Sumedang. Tempo/Tony Hartawan
Misteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels

Korban kerja paksa pembangunan Jalan Raya Pos diperkirakan juga dikubur langsung di sekitar Cadas Pangeran.


Daendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya

27 Mei 2015

Herman Willem Daendels, Gubernur-Jenderal Hindia Belanda. Wikimedia.org
Daendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya

Di kota kelahirannya sendiri, Hattem, jejak jenderal bertangan besi ini hanya terdapat di Museum Voerman, museum sejarah Kota Hattem.